Mohon tunggu...
Anton Sujarwo
Anton Sujarwo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku, Freelancer, Content Writer, Pengajar Kelas Literasi

Saya suka mendaki gunung disamping menulis. Saya juga mengajar untuk Kelas Menulis Online dan menjadi teman belajar bagi siswa-siswa di sebuah Madrasah Aliyah. Tulisan saya tentang dunia penulisan dapat dilihat di: www.penulisgunung.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Persaudaraan di Gunung Kejam: Mengenang Musibah Paling Terkenal di Gunung K2

12 April 2021   10:07 Diperbarui: 12 April 2021   10:19 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Charlie, jika kau ingin melihat Dorcas dan Penny lagi, maka naiklah ke sana sekarang" kata Bates.

Motivasi itu bekerja dengan efektif, karena sesaat kemudian mata Houston lebih terbuka dan ia mulai bergerak. Bagaimama pun juga Dorcas dan Penny adalah dua nama yang sangat ia cintai. Isteri dan puterinya itu menunggu ia pulang dalam kondisi hidup, dan bayangan wajah dua orang itu memberi tenaga dan energi baru untuk Houston.

Setelah keadaan yang sangat menegangkan itu berlalu, maka sekarang dibutuhkan untuk membuat yang terluka berlindung dan beristirahat. Tubuh Art Gilkey yang terluka ditempatkan di sebuah selokan kecil dengan diikat pada dua buah kapak es yang tertancap erat dalam permukaan salju. Sementara yang lain bergerak ke seberang couloir untuk mendirikan tenda pada sebuah langkan yang agak rata.

Charles Houston, George Bell, Pete Schoening dan Dee Molenaar ditempatkan di dalam tenda, sementara itu Robert Bates, Tony Streather dan Bob Craig bergerak menuju tempat Art Gilkey untuk membawanya ke tenda pula. Namun sesampainya di tempat di mana Gilkey sebelumnya berada, ketiga pendaki itu tidak menemukan apa-apa selain sebuah jejak longsoran salju yang baru saja menyapu tempat tersebut.

"Memang seolah-olah tangan Tuhan telah menyapunya"

Tulis Robert Bates dalam bukunya saat mengomentari pristiwa itu.

Keesokan harinya setelah melewati malam yang penuh dengan kengerian, Charles Houston dan timnya  menemukan dirinya berjalan menuruni rute yang ternyata menjadi rute jatuhnya Art Gilkey. Ada banyak bekas sleeping bag dan kain tenda yang digunakan membebat Gilkey berserakan sepanjang rute, potongan-potongan tali dan juga darah berceceran tak karuan di berbagai tempat pada permukaan salju.

"Jelas kami telah menuruni rute yang sama yang dilalui oleh Art, dan kami berjalan mengikuti darah Art. Hanya ada darah, darah, dan darah, kami tidak membicarakan hal tersebut dalam waktu yang lama".

Tujuh pendaki Amerika yang tersisa itu mencapai base camp K2 empat hari kemudian. Mereka telah melalui hari-hari neraka di K2, gunung kejam itu telah merenggut Art Gilkey dalam perjalanan pertamanya ke Himalaya. Namun gunung adalah gunung, tidak ada unsur perasaan dan belas kasihan di dalamnya, ketika seseorang mendatanginya, maka artinya ia juga telah siap dengan segala konsekuensi dan risikonya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun