Konflik Rusia Ukraina terus memanas dan muncul ke permukaan seiring dengan ikut campurnya negara-negara barat dan Eropa dalam pertikaian kedua negara ini.
Amerika Serikat dan NATO berada di pihak Ukraina, seolah mendukung negara itu dan membelanya. Sedangkan Rusia memperlihatkan harga dirinya habis-habisan, dengan menunjukan kekuatan besar militernya terhadap dunia.
Apa yang dilakukan Rusia dibawah kepemimpinan Vladimir Putin, merupakan langkah politik bahwa negara mereka harus dihargai oleh Amerika Serikat dan NATO sebagai negara besar yang mesti diperhitungkan oleh negara manapun di dunia.
Vladimir Putin seolah memberikan pesan keras terhadap dunia, bahwa mereka harus diperhitungkan, dihargai eksistensinya dan jangan pernah menyepelekannya.
Terlihat dari langkah politik presiden Rusia itu dan stategi militernya yang terus menerus di tunjukan saat hubungan Rusia dan Ukraina memanas.
Ukraina sepantasnya mengalah di banding harus berperang dengan Rusia, lebih baik bersikap lunak terhadap negara tetangganya itu.
Pemerintah Ukraina pun sepantasnya lebih memilih pro terhadap Rusia, di banding harus konflik dengan negara Adi Daya yang sudah lebih maju, militernya lebih canggih dan lebih besar negaranya.
Politik tidak mengalahnya Ukraina terhadap Rusia, menyebabkan terjadinya peluang besar Amerika Serikat dan sekutunya untuk terus ikut campur yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang di hadapi Ukraina.
Pihak barat, seolah membela Ukraina dan ikut mengawal negara itu saat menghadapi masalah dengan negara Rusia, padahal seharusnya mereka paham bahwa yang dilakukan Amerika beserta sekutunya hanyalah taktik, strategi dan politik untuk kepentingan dan keuntungan negara mereka sendiri.
Jika terjadi perang antara Rusia dan Ukraina, dipastikan Amerika beserta sekutunya akan mengambil keuntungan yang besar dari adanya konflik itu.
