Mohon tunggu...
Anton 99
Anton 99 Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the University of Garut

Express yourself, practice writing at will and be creative for the benefit of anyone

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Jiwaku yang Menuju Tangga Kebebasan

18 Januari 2021   10:50 Diperbarui: 18 Januari 2021   11:19 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar: Pexel.com

"Sekilas terlihat kehidupan manusia pada zaman modern ini, seolah dipenuhi dengan kebahagiaan yang tak pernah berhenti selalu menyelimuti dalam setiap detak langkah dan perannya, padahal justru kehampaan, rasa cemas, dan permasalahan terus muncul mengelilingi kehidupannya yang hanya hilang disaat lupa dan tidak sadar"  

Kadang mental manusia tidak selalu mampu menguasai dan mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam kehidupannya, menyelesaikan masalah secara sempurna hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja, kesuksesan hanya dapat diraih bagi sebagian orang, selebihnya gagal tak mampu untuk meraih cita-citanya yang akhirnya melampiaskan rasa kesal dan ketidakmampuannya itu pada sesuatu yang justru menghanyutkan dirinya terjerembab dalam kehidupan yang dipenuhi dengan kenistaan dan tidak pernah bisa lepas!

"Hati ingin memeluk bumi namun tangan tak pernah sampai", menangis, merintih dan tertawa menjadi satu dalam kehidupan yang dipenuhi dengan kesedihan dan kepahitan yang tak kunjung hilang. Seberkas harapan yang muncul dihati hanya menjadi hiasan yang tak pernah terbukti karena sudah terlalu jauh berkelana dalam kehidupan yang penuh dengan noda dan dosa.

Pada saat kata terucap "Kapan hidup seperti ini akan berakhir?", maka jawabannya bukanlah ada pada orang lain, melainkan hanya ada pada dirinya sendiri. Sebab nasib hanya dapat dirubah oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain hanya dapat membantu saja dalam menuju ketercapaian keinginan yang baik dan mulia. 

Kesempurnaan telah dimiliki oleh semua wujud manusia yang merupakan anugerah terbaik dari sang pencipta, akal untuk mendapatkan takdir, pikiran untuk menemukan solusi, hati kecil tak pernah berbohong pada kenyataan dan segala fasilitas diri pada setiap manusia terlahir merupakan modal yang dapat dipergunakan oleh dirinya sendiri. 

Maka setiap manusia yang hidup mesti sadar pada setiap langkah dan perbuatannya dengan mempergunakan fasilitas yang telah dianugerahka-Nya, menuju kehidupan yang lebih baik dan sempurna. 

Sepintas kilas pengabdian yang tulus kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan beban yang sangat berat, terutama bagi orang-orang yang hampa akan petunjuk dan jauh dari nilai-nilai ajaran agama, namun ibadah pada hakikatnya merupakan satu-satunya jalan dalam menuju kebebasan jiwa yang hakiki. Terlepas dari segala kenistaan, bentuk-bentuk perbudakan, baik perbudakan yang telah dibuat oleh manusia, perbudakan tuhan palsu ataupun perbudakan yang timbul dari dirinya sendiri.

Karena kecongkakannya sebagai manusia yang enggan mengakui adanya Allah sebagai satu-satunya tuhan yang harus di ibadahi, dengan perbuatan itu justru pada hakikatnya mereka telah membentuk jiwanya agar semakin hidup tidak bebas dan selalu dalam tekanan terus menerus selama hidupnya yang tak pernah kunjung selesai. 

Makin lama jiwanya akan semakin kerdil membatu, makin terperangkap mendalam pada jaring-jaring yang dibuatnya sendiri dan makin terhempas oleh sesuatu yang menjauhkan dirinya dari tuhan. 

Dengan sadar atupun tidak sadar pastinya hanya akan menghambakan dirinya kepada sesuatu yang tidak jelas keabadiannya, kepada benda, pangkat, harta, kepercayaan tahayul, benda-benda keramat, memperhambakan diri kepada sesama manusia karena kepentingannya, hawa nafsu meliputi pola dan gaya kehidupannya dan hanya keinginan yang ada dalam pikirannya seolah maha pintar dan kuasa terhadap segala seusuatu, padahal kebodohan sedang mengendalikan kehidupannya sehingga lupa jadi dirinya sebagai hamba yang harus sentiasa beribadah dan berdo'a.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun