Mohon tunggu...
Mohamad Ansori
Mohamad Ansori Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Salah satu cara mendekat pada Allah Swt adalah mentaati perintahNya tanpa bertanya mengapa harus melakukannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Komitmen Lingkungan untuk Menjaga Anak

12 September 2020   08:07 Diperbarui: 12 September 2020   07:58 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dengan kebersamaan dan komitmen yang kuat, semua komponen lingkungan di tingkat RT bisa saling menjaga dan melindungi anak, agar celah kelengahan orang tua dapat ditutupi bersama.

Setelah sekian lama kita melaksanakan learning from home, berbagai persoalan mulai muncul. Para orang tua sudah mulai jenuh dengan kegiatan "sekolah-sekolahan". Bukan saja begitu banyak waktu yang tersita, tetapi pekerjaan rumah tangga juga sangat terganggu dengan kegiatan belajar di rumah. Namun yang paling merisaukan adalah kekhawatiran para orang tua yang menyadari bahwa dirinya adalah bukan "guru yang baik" bagi anak-anaknya. 

Betapa tidak, banyak orang tua yang tidak telaten mengajari anaknya sendiri. Mereka lebih suka mengerjakan tugas anak, daripada harus mendampingi atau mengajari anaknya mengerjakan tugas belajar di rumah. Adalah lebih sulit mengajari anaknya dari pada mengerjakan sendiri tugas dari para guru. Lantas, siapa yang sebenarnya sedang mengikuti learning from home?

Beberapa orang tua mengeluhkan kesulitan mengendalikan anak-anaknya. Orang tua yang harus bekerja di kantor, pabrik, atau pasar, terpaksa meninggalkan anak-anaknya dengan anggota keluarga yang lain. Anak-anak kemudian hidup bersama kakek atau nenek mereka, paman atau bibi, bahkan tetangga mereka. Tidak ada pilihan lain, mereka harus tetap bekerja untuk menyambung hidup, sementara anak berada di pengasuhan keluarga lain yang tentunya tidak semaksimal ketika bersama orang tua mereka.

Mendapati "Anak Baru"

Setelah sekian bulan berjalan, banyak orang tua yang mendapati "anak baru" dalam keluarganya. Anak-anak yang biasanya kalem, halus bicaranya, sopan, taat beribadah, setelah lama dibiarkan "hidup sendiri" bersama orang lain, ternyata mengalami banyak perubahan. Anak-anak itu menjadi sulit dikendalikan, tidak lagi menjadi anak penurut, bahkan telah "melalang buana" ke tempat-tempat jauh dan berbahaya tanpa diketahui orang tua.

Banyak orang tua yang resah mendapat laporan dari tetangga bahwa ia bertemu dengan anaknya yang masih kelas 2 SD bersepeda lima kilometer jauhnya dari rumah, tanpa pengawasan orang dewasa. Bahkan, anak-anak kelas 6 SD juga sudah bersepeda motor di jalan-jalan raya. Beberapa kasus kecelakaan melibat sepeda motor yang dikendarai oleh anak kelas 6 sekolah dasar.

Apalagi, ketika madrasah diniyah dan taman pendidikan al Qur'an tempat anak-anak satu lingkungan biasanya berkumpul untuk mengaji juga belum boleh melaksanakan pembelajaran, anak-anak itu seperti bebas selama 12 jam penuh untuk bermain di luar. Sementara ketika orang tua pulang dari tempat bekerja pada sore atau malam hari, mereka sudah lelah dan mengantuk padahal mereka hari itu belum belajar sama sekali. Kekhawatiran baru muncul ketika anak dibiarkan bermain bebas dari pantauan orang dewasa. 

Komitmen Bersama

Jargon "bersama kita bisa" seperti dapat menjadi satu dari banyak solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Bagaimanapun, dalam kondisi Pandemi Covid 19 yang masih belum reda ini, kebersamaan merupakan jalan terbaik untuk mengatasi persoalan. Dalam kasus ini, lingkungan tempat tinggal memegang peran yang sangat penting. Para orang tua dalam suatu lingkungan paling kecil (RT) harus membuat komitmen bersama untuk menjaga anak-anak secara bersama-sama. Individualisme yang selama ini mungkin sudah membudaya, harus segera dibuang jauh-jauh agar bersama-sama kita bisa menjaga anak-anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun