PENDAHULUAN
"Eerrr..." Bunyi halus dengkur itu terdengar di depan pintu. Â Terganggu oleh suara itu, Erlina terbangun dan dibukanya pintu kamarnya itu.
"Aneh, tidak ada siapa-siapa. Mengapa suara dengkur itu seperti nyata ?" tanya Erlina pada dirinya sendiri. Â Dilihat jam yang ada di dinding kamarnya. Baru pukul 7 malam.
 "Masih sore, tapi mengapa mengantuk sekali," desisnya dalam hati.
Kemudian dengan tanpa berpikir lebih jauh, Erlina mengambil selimut dan bantalnya lalu turun ke lantai bawah berkumpul bersama keluarga sambil tetap melanjutkan tidurnya di sudut sofa. Entah mengapa, hari itu dia lelah sekali sehingga tak berapa lama Erlina kembali jatuh tertidur.
BAB I
Caf di sudut jalan Diponegoro itu masih kosong, hanya ada pelayan yang berdiri siap untuk melayani para pengunjung yang datang.
"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu ?" sapa salah  seorang pelayan berbaju kuning itu sambil membukakan pintu caf tersebut.
"Terima kasih, mbak. Kebetulan saya ingin duduk di meja ujung dekat dengan jendela yang ada di sebelah kanan ruang baca."
"Baiklah." Kata pelayan tersebut sambil berjalan mendahului Joana yang kepayahan membawa tas, laptop dan peralatan menggambarnya. Hari ini memang hari dengan jadwal kuliah yang cukup padat untuknya.
Ditaruhnyalah semua barang yang dibawanya disudut meja yang cukup lebar untuk beraktivitas. Sebenarnya dia ingin masuk ke ruang baca yang dimiliki oleh cafeteria kampus ini, namun untuk jam sepagi ini masih belum ada yang dapat dilakukannya di sana karena pengurus ruang baca tersebut belum datang.