'Aku tak bisa menuliskan, mengucapkan dan mengungkapkan manisnya senyum di matamu. Aku hanya bisa menuliskannya dalam kotak biru disudut meja lalu membakarnya ke perapian di ujung pintu depan masuk rumah kita.'
Pagi itu semua tamu sudah pulang meninggalkan rumah duka yang berhias kain putih. Suasana berkabung sangat terasa dalam temaramnya pintu yang masih tertutup.
Semalam-malaman acara penghiburan dilakukan untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan. Sedu sedan semalam terasa hening sekali pagi itu.
Aleisha mulai membersihkan sudut-sudut ruangan, dan perapian yang terlupakan selama berhari-hari untuk dibersihkan. Niat hati untuk membersihkan perapian yang sudah padam itu namun hanya mengorek-orek sisa jelaga di dasarnya yang dapat dilakukannya. Mendadak sebuah kotak biru yang tidak habis terbakar muncul dari hitamnya jelaga-jelaga.
Terkalahkan oleh rasa penasarannya dibukanya kotak biru itu, secarik kertas yang masih ada bekas terbakar ujung-ujungnya dan dibacanya pesan terakhir kekasih hatinya, Rogatte tatkala mereka berpisah malam itu.
Selamat jalan Rogatte, senyum di matamu juga sangat indah dan binarnya mengalahkan bintang-bintang di angkasa.
Aleisha tersenyum bersama dengan rintik-rintik hujan yang mengguyur pagi yang mendung disisi pegunungan Kaukasia.
- still 'No Fault in Our Stars'.