Mohon tunggu...
Anselmus Puasa
Anselmus Puasa Mohon Tunggu... Dosen - nama panggilan Amos

Amos si penggemar film Kung Fu China

Selanjutnya

Tutup

Politik

Elektabilitas dan Isi Tas dalam Momentum Mencari Pemimpin

18 September 2020   21:13 Diperbarui: 18 September 2020   21:17 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebut saja Harry Tanoewidjaya dengan partai Perindo;  pengusaha mudah, Sandiaga Uno terpilih sebagai wakil gubernur DKI;   Bupati terpilih Kabupaten Pulau Morotai, Benny Laos adalah juga seorang pengusaha sukses yang ada di Maluku Utara.  Orang-orang yang sudah berlimpah ruah isitasnya, akan dengan mudah   untuk memperebutkan dan  sekaligus mengisi kursi kosong yang ada di daerah maupun di pusat.

Meskipun tidak selamanya demikian, tetapi uang (isitas) sangat memainkan peran penting dalam setiap ajang pemilihan seorang pemimpin, baik di ranah sekuler maupun di ranah sakral.

 Para calon yang memiliki isitas yang banyak akan membagi-bagi uang  (baca:politik uang) kepada para  Tim Sukses,dan  para konstituennya. Sebab semua butuh uang mengisi tas mereka. Artinya diajang pemilihan, berjumpalah kepentingan dari calon pemimpin  yang menghendaki kursi kepemimpinan dengan para pemilih yang berkeinginan menjual atau menggadaikan suaranya.

Bahaya yang mengancam bagi para pemimpin yang mendapatkan  kursi dengan cara membayar/membeli dari rakyat, adalah, Sang pemimpin tersebut tidak lagi begitu peduli dengan  kepentingan dan kebutuhan rakyat. Dan yang  dipikirkan adalah bagaimana meraup uang sebanyak mungkin untuk menambah pundi-pundi. Mengingat isitasnya yang sudah terkuras, sehingga sekarang adalah kesempatan untuk mengisi kembali isitas yang sudah berkuarang atau pun sudah kosong. Itulah gaya hidup pragmatis-materialis.

Pemimpin ideal

Mencari pemimpin yang ideal di tengah-tengah masyarakat yang  pragmatis-materialis, bukanlah perkara yang mudah. Akan tetapi bukannya tidak mungkin atau tidak ada sama sekali. Sayangnya, calon-calon pemimpin yang ideal itu, kalah bersaing atau tidak  populer, dibanding dengan pemimpin yang pragmatis-meterialis. Ketidakpopuleran mereka adalah, tidak punya dukungan uang yang cukup. Baru beli tiket (dukungan partai) untuk dipakai sebagai kendaraan politik, sudah tidak sanggup. 

Ketika ditanya soal ada tidaknya "mahar" itu,  banyak pemimpin partai yang  mengelak, atau memilih diam.    Namun, benar tidaknya perihal "mahar" politik itu, ternyata benar adanya. Salah satu indikasi yang kuat adalah munculnya figur yang memilih jalur independen. Artinya partai politik dalam menjalankan fungsinya untuk melakukan rekrutmen pemimpin, benar-benar bergaya pragmatis-materialis. Meskipun pemimpin yang mau diorbitkan itu adalah seekor monyet, yang penting monyet itu memiliki money.

Kondisi ini hampir merata di seantero nusantara. Nah, bagaimana kita dapat mengubah kondisi buruk dan busuk ini, menjadi kondisi yang  ideal ? Tentu saja tidak gampang, tetapi bukannya tidak mungkin.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun