Mohon tunggu...
Ansell Reinhart Janova
Ansell Reinhart Janova Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Bertukar Jaman

28 Januari 2023   16:04 Diperbarui: 28 Januari 2023   16:11 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar telah menjadi salah satu tradisi yang sudah ada sejak lama. Lahirnya bangsa Indonesia sendiri ini merupakan salah satu bukti kuat mengenai betapa pentingnya pendidikan. Salah satu tokoh terkenal yaitu Bapak Pendidikan atau biasa kita kenal dengan Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa Pendidikan merupakan jalan menuju kesejahteraan. Sebagai seorang pelajar kita jelas mengetahui dengan baik pentingnya dan juga usaha yang diperlukan dalam menempuh pendidikan.

Tempat dimana kita semua belajar dan juga menimba ilmu, Sekolah. Sekolah merupakan tempat yang didirikan dengan tujuan mengumpulkan dan memberikan ilmu kepada para pelajar. Kita sebagai seorang siswa SMA pasti telah merasakan berbagai jenis tempat ini. Merasakan bagaimana suasana sekolah saat kita duduk di sekolah dasar, atau di sekolah menengah. Dengan bersekolah kita bisa mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman.

Sekolah merupakan tempat yang sudah ada dari jaman dulu. Sejak Belanda mengizinkan adanya pendidikan untuk rakyat nusantara, sekolah telah dibuat agar para pelajar dapat menimba ilmu. Pada jaman itu pendidikan merupakan sebuah hadiah yang besar bagi kita semua. Pendidikan menjadi hak bagi para anak bangsawan dan juga anak orang -- orang berada. Dalam sekolah itu pasti terdapat kenangan mengenai berbagai kegiatan yang dilakukan di sana. Sebagai seorang pelajar generasi Z kita tidak tahu mengenai apa yang kakek nenek moyang kita lakukan di sekolah pada masa itu. Mungkin mereka juga memainkan permainan yang sama dengan kita, atau bercanda tawa di kantin sama seperti kita.

Pernah saya mendengar cerita dari ibu saya yang kira-kira berbeda 2 generasi. Ibu saya menceritakan mengenai bagaimana kehidupan sekolah di desa. Bagi saya yang tinggal di kota cerita ibu saya ini sangatlah mengesankan. Ibu saya bercerita mengenai sulitnya untuk menempuh pendidikan di desa. Entah karena masalah tempat dan waktu masih banyak sekali masalah yang terjadi saat itu. Cerita yang saya dengar bukan cerita petualangan dimana seseorang perlu menempuh kiloan meter melewati hutan untuk menempuh pendidikan. 

Cerita yang saya dengar adalah bagaimana nilai pendidikan, ekonomi, dan moral pada saat itu. Banyak yang bilang kalau generasi sekarang sangat tidak bermoral dibandingkan dengan generasi tua, namun nampaknya keadaan sekolah dulu sangatlah kurang nyaman terutama bagi kaum minoritas seperti keluarga saya dan tentu bagi ibu saya. Sebagai keturunan Tionghua dipandang asing di sekolah sudah menjadi hal yang biasa bagi ibu saya, terlebih banyak masalah terkait ekonomi. 

Gengsi orang -- orang pada saat itu juga tidak kalah dengan para pengejar pendidikan lainnya. Ambisi yang tinggi untuk mendapatkan pendidikan agar bisa mengubah hidupnya membuat pendidikan merupakan hal yang mewah. Di tengah hal ini ibu saya berhasil berjuang menempuh pendidikan hingga ke ibu kota.

Dari sudut pandang seorang pelajar SMA generasi Z banyak hal telah berubah. Saya yang juga merupakan keturunan Tionghua tidak memiliki tekanan yang besar akan perbedaan ras. Bahkan dalam sejarah sekolah saya selama 11 tahun tidak pernah ada diskriminasi terkait rasisme. Mungkin dalam hal itu saya bersyukur, tetapi saya tidak dapat mengatakan apapun terkait perubahan yang terjadi. Setelah mengetahui sudut pandang pendidikan para generasi diatas kita dan juga sudut pandang dari generasi saya sendiri, jelas sudut pandang pendidikan kami berbeda. Pendidikan yang awalnya jadi hak para masyarakat sekarang kami anggap sebagai kewajiban yang perlu kita jalani untuk dihargai lebih baik.

Saat ini saya melihat pendidikan sebagai waktu untuk meningkatkan harga diri sendiri. Harga diri yang saya maksud bukan "pride" dimana orang membanggakan prestasinya tetapi harga diri secara literatur. Pada saat ini dimana populasi manusia di dunia sudah hampir mencapai 8 miliar orang, manusia sudah bukan merupakan sumber daya berharga. Tidak semua orang dapat dilihat sama. Disitulah pendidikan berperan, berperan menjadi label harga manusia. Seseorang yang memiliki sejarah pendidikan tinggi dan berprestasi di tempat ternama maka manusia tersebut akan dicari semua orang, kembalikannya seseorang tanpa pendidikan akan tersingkirkan dari masyarakat ini.

Sudut pandang pendidikan di masyarakat sudah berubah. Dahulu semua orang merasa di didik merupakan sebuah hal yang sangat berharga, dari perasaan itu muncul rasa hormat yang besar pada seseorang pengajar. Hal yang ingin saya tarik adalah bagaimana para pengajar mendidik siswa di masa lalu.

Cobalah tanya orang tua kita, apakah bapak/ibu pernah dipukul menggunakan rotan oleh bapak ibu guru? ataukah dilempar penghapus papan tulis yang terbuat dari kayu oleh bapak ibu guru?

Pasti mereka akan menjawab pernah melihat, atau bahkan pernah merasakan pukulan dari seseorang pengajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun