Mohon tunggu...
Anri Rachman
Anri Rachman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Madania, Kabupaten Bogor

Bukan manusia baik, bukan pula manusia jahat, hanya manusia dengan dosa yang berusaha memberikan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandemi dan Kompetensi Pendidikan di Indonesia

9 Juli 2021   10:22 Diperbarui: 9 Juli 2021   10:25 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan satu pondasi penting yang juga terdampak pandemi covid-19 di Indonesia. Meskipun terdampak, kelak pendidikan menjadi petunjuk arah utama masa depan bangsa dan negara dalam menghadapi pandemi maupun pascapandemi. Secara umum dampak pandemi terhadap pendidikan menjadi sebuah tantangan dan keberkahan. Selain itu, mental pelaku pendidikan di antaranya sekolah, guru, orang tua, dan peserta didik akan teruji dengan berbagai tantangan selama pandemi.

Pada masa pandemi, dunia pendidikan dituntut untuk berpikir lebih kreatif dan inovatif menghadapi tantangan yang ada tepat di depan mata. Bukan hanya persoalan tantangan jangka panjang tapi juga tantangan pada saat itu yang datang dengan tiba-tiba. Tantangan yang datang benar-benar menuntut pelaku pendidikan untuk dapat mengembangkan lagi teknologi dan metode pendidikan sehingga benar-benar melahirkan generasi berkarakter serta tangguh terhadap berbagai situasi dan kondisi.

Pada masa pandemi tantangan pendidikan di daerah-daerah nan jauh dari jangkauan teknologi semakin banyak. Hal ini merupakan kenyataan di lapangan di mana ketimpangan pendidikan di Indonesia sangat senjang antara satu daerah dengan daerah lainnya. Keterbatasan teknologi-informasi menjadi tantangan yang harus dihadapi  selama pandemi sementara pendidikan harus tetap berjalan tanpa kegiatan tatap muka. Suatu kondisi dramatis yang harus dihadapi, satu sisi keharusan mengembangkan pendidikan dengan kondisi yang ada untuk memajukan daerahnya masing-masing, sisi lain situasi genting akibat pandemi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan pendidikan secara tatap muka.

Berbagai usaha menyusun cetak biru pendidikan di Indonesia sudah dilakukan untuk mengurangi kesenjangan yang ada, hanya saja belum memuat nilai-nilai kearifan lokal di dalamnya. Usaha-usaha yang telah dilakukan lebih banyak mencakup pada pengembangan pemerataan teknologi pragmatis yang membutuhkan biaya dan waktu cukup lama untuk mencapai sesuai target. Usaha yang dilakukan belum mencapai pada ranah teknologi dan metodologi pendidikan, seperti pengembangan kurikulum yang dinamis dan dapat menyesuaikan dengan kondisi sumber daya alam serta manusia masing-masing daerah. Jangankan mendapatkan kesempatan menikmati perkembangan teknologi pragmatis, mendapatkan kesempatan mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan kemampuan teknologi dan metodologi pendidikan saja bagi daerah-daerah di pelosok sangat minim.

Akibat kesenjangan antardaerah, kompetensi tenaga pendidikan dan peserta didik di setiap daerah pun tidak merata. Kesenjangan pendidikan antardaerah mengakibatkan kualitas pendidikan di Indonesia sangat jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Hal inilah yang sangat dikhawatirkan, bahkan laporan hasil Programme for International Student Assessment (PISA) setiap tahun saja menempatkan Indonesia pada urutan 10 terbawah diantara 78 negara lainnya.

Kompetensi Keterampilan Pascapandemi

Pascapandemi pendidikan menjadi satu sektor terdepan yang harus dilakukan pemulihan. Faktor psikologis peserta didik dan juga pelaku pendidikan yang mengalami penurunan akibat terhambatnya aktivitas normal kegiatan pendidikan selama pandemi. Kegiatan pendidikan selama pandemi dilakukan secara daring sangat berdampak pada tujuan pendidikan meningkatkan kompetensi keterampilan peserta didik.

Kehilangan fokus akibat banyaknya tantangan selama pandemi yang harus dihadapi peserta didik maupun tenaga pendidikan, mengakibatkan ketercapaian tingkat kompetensi peserta didik menurun. Penyesuaian kurikulum berdasarkan kondisi pandemi memaksa pelaku pendidikan memodifikasi kurikulum agar kompetensi minimal peserta didik tetap tercapai.

Pascapandemi, pemerintah bersama pelaku pendidikan kembali harus fokus meningkatkan kompetensi keterampilan peserta didik demi menyiapkan mereka menghadapi tantangan masa depan sehingga siap bersaing dengan dunia luar. Tiga keterampilan dasar yang harus segera dibenahi pascapandemi, yaitu literasi dasar, menghadapi tantangan kompleks, dan karakter seperti yang terangkum dalam hasil World Economic Forum mengenai visi baru dunia pendidikan.

Rendahnya tingkat kompetensi tiga keterampilan dasar tersebut yang mengakibatkan Indonesia selama ini berada di jajaran urutan 10 terbawah diantara 78 negara lainnya berdasarkan laporan hasil Programme for International Student Assessment (PISA). Lalu apa saja komponen tiga keterampilan dasar tersebut? Pertama, keterampilan literasi dasar. Keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan ini terdiri membaca-tulis, numeral, ilmu pengetahuan (sains), informasi-komunikasi (digital), finansial, serta budaya dan sosial.

Kedua, keterampilan mengahadapi tantangan kompleks. Keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kompleks di masa depan. Keterampilan ini terdiri dari berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun