Mohon tunggu...
Anny Izzatul Mujahidah
Anny Izzatul Mujahidah Mohon Tunggu... Writer

Lucky Life 🍒🌟✨🩷🤍🧘🛌🤸

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Layar ke Masjid: Saatnya Iman Kita Melangkah ke Dunia Nyata (opini)

1 Oktober 2025   20:49 Diperbarui: 1 Oktober 2025   20:49 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Wih... kajian rame banget di Roblox! MasyaAllah, hati kalian masih mau dekat sama Allah meskipun lewat dunia maya. Di tengah gempuran hiburan digital, game, dan media sosial yang sering bikin kita lalai, kalian memilih untuk tetap duduk di majelis ilmu, meski lewat layar. Itu bukan hal sepele. Itu tanda bahwa hati masih hidup, masih mau mencari kebenaran, masih mau didekatkan pada Allah.

Tapi hey... jangan berhenti di situ. Jangan puas jadi pejuang iman yang hanya ada di balik layar. Jangan biarkan semangat menuntut ilmu terhenti di ruang virtual. Yuk, kita langkahin kaki ke masjid. Yuk, hadirkan diri kita di majelis ilmu yang nyata. Karena di dunia nyata, pahala, keberkahan, dan manfaatnya jauh lebih besar daripada sekadar klik "join" di ruang online.

Rasulullah bersabda:

"Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya, melainkan ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut mereka di hadapan makhlukNya." (HR. Muslim)

Lihat betapa agungnya janji Allah untuk orang-orang yang melangkahkan kaki ke rumah-Nya. Di masjid, kita bukan hanya dapat ilmu. Di sana ada ketenangan hati yang tak tergantikan oleh layar, ada keberkahan yang mengalir dari setiap langkah, dan ada rahmat Allah yang menyelimuti kita sepanjang majelis berlangsung.

Selain itu, di masjid kita bisa bertemu teman-teman saleh yang berjalan di jalan yang sama, sama-sama ingin dekat dengan Allah. Ini penting, karena perjalanan iman nggak bisa sendirian. Hati manusia lemah, iman bisa naik-turun. Maka butuh circle kajian: lingkungan yang saling menguatkan, saling mengingatkan, dan saling menopang dalam ketaatan.

Dengan mereka, kita nggak akan merasa sendiri. Di saat futur, ada yang menasehati. Di saat semangat turun, ada yang menyemangati. Di saat tergelincir, ada yang menarik kembali ke jalan yang lurus. Support system seperti inilah yang membuat hijrah bukan sekadar momen, tapi perjalanan panjang yang terus terjaga.

Roblox dan dunia maya boleh jadi awal yang baik. Ia bisa jadi gerbang untuk mengenal ilmu, untuk membangkitkan semangat, untuk mulai mencari kebenaran. Tapi ia tidak boleh jadi tujuan akhir. Karena iman sejati tumbuh ketika kita hadir secara nyata: duduk bersimpuh di rumah Allah, mendengarkan ilmu langsung dari para guru, berdiskusi dengan sesama pencari ilmu, dan merasakan atmosfer iman yang hanya bisa ditemukan di majelis ilmu nyata.

Ingatlah, Islam tidak hanya meminta kita untuk "tahu", tapi juga "beramal". Tidak cukup sekadar menonton kajian, kita perlu berinteraksi dengan lingkungan yang menumbuhkan iman. Tidak cukup hanya menggerakkan jari untuk klik tautan, kita perlu menggerakkan kaki menuju tempat-tempat yang mendekatkan kita kepada Allah.

Karena perjalanan iman bukan tentang seberapa sering kita hadir di ruang virtual, tetapi tentang seberapa jauh kita melangkah mendekat kepada Allah di kehidupan nyata. Majelis ilmu di dunia maya mungkin bisa menyalakan semangat, tapi masjid, halaqah, dan circle kajianlah yang akan menjaga api iman tetap menyala.

Jadi, yuk mulai sekarang, jangan hanya berhenti jadi penuntut ilmu digital. Jadilah penuntut ilmu yang nyata. Datangi masjid, isi majelis, cari lingkungan saleh, dan bangun support system yang saling menguatkan dalam ketaatan. Sebab di situlah iman tumbuh, hati menguat, dan langkah kita semakin dekat menuju ridha Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun