Dalam dunia psikologi, terdapat satu aliran yaitu Psikologi Humanistik yang menekankan fokus pada potensi dan melihat manusia sebagai eksistensi positif. Manusia dianggap sebagai makhluk yang unik, memiliki kreativitas, nilai, makna serta dapat berkembang melalui potensi yang dimiliki. Adalah Abraham Maslow, salah satu tokoh dalam Psikologi Humanistik memunculkan konsep aktualisasi diri. Konsep ini mengacu pada sebuah aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Aliran eksistensialisme adalah aliran filsafat yang berpandangan bahwa manusia adalah individu yang unik dengan segala dinamika dan permasalahan yang dialami sehingga keberadaan seseorang sangat memiliki arti. Aliran ini tidak memandang manusia sebagai hasil bawaan (nature) dan hasil dari lingkungan (nurture), akan tetapi aliran ini beranggapan bahwa manusia merupakan individu yang bebas memiliki sikap, menentukan nasibnya  masing-masing, dan bertanggung jawab terhadap pilihan dan keberadaanya.
Psikologi Humanistik muncul dengan konsep baru dari aliran-aliran yang sudah ada sebelumnya di mana Maslow menganggap manusia sebagai individu yang bergerak menuju keinginannya sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Maslow juga merumuskan konsep aktualisasi diri dari piramida hirarki kebutuhan. Aktualisasi diri (self-actualization) adalah keinginan seseorang dalam mencapai kebutuhan, dengan menggunakan dan memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi yang dimiliki oleh individu untuk memenuhi kebutuhan diri tersebut. Aktualisasi diri juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjadi versi terbaik dari dirinya.
Menurut Abraham Maslow, aktualisasi diri diperlukan agar seorang manusia bisa mencapai kepuasan hidup tertinggi. Karena, aktualisasi diri adalah puncak kebahagiaan kita; suatu posisi ketika kita live our life the fullest; momen di mana kita menerima jati diri dengan segala keunikannya. Pada masa ini pula, kita menjadi sosok yang paling produktif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan diri hingga ke tahap tertinggi. Ketika kita berhasil mencapai tingkatan tertinggi, kita akan lebih memahami diri kita dan tidak lagi terpengaruh oleh orang lain karena kita tahu apa tujuan kita dan tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapainya. Dengan mencapai aktualisasi diri, kita juga akan memanfaatkan waktu untuk menguasai kemampuan yang berguna dalam membantu kita mencapai tujuan. Kita tidak lagi mendengar omongan orang-orang, tetapi fokus pada penilaian pribadi sehingga kita bisa menjadi diri kita yang 'ideal'.
Ketika aktualisasi diri tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan penderitaan di dalam diri seseorang yang akhirnya akan muncul "illness" yang mentrigger stress dan frustasi, seperti rasa kehilangan emosi dan semangat dalam hidup, kekosongan pengalaman, keputusasaan, kegelisahan, merasa hidup tidak berarti atau hidup sia-sia.
Mencapai aktualisasi diri tidak mudah, karena upaya ke arah tersebut banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain dari dalam diri individu, dari masyarakat, dan pengaruh negatif yang dihasilkan oleh kebutuhan yang kuat akan rasa aman. Seseorang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.
Meskipun kita semua, secara teoritis, mampu mengaktualisasikan diri, kebanyakan dari kita tidak akan melakukannya, atau hanya pada tingkat yang terbatas. Maslow memperkirakan bahwa hanya dua persen orang yang akan mencapai keadaan aktualisasi diri. Dengan mempelajari 18 orang yang dianggapnya mengaktualisasikan diri (termasuk Abraham Lincoln dan Albert Einstein) Maslow mengidentifikasi 15 karakteristik orang yang mengaktualisasikan diri.
Apa saja karaker aktualisasi diri?
- Memahami realitas secara efisien dan dapat mentolerir ketidakpastian
- Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
- Spontan dalam berpikir dan bertindak
- Berpusat pada masalah (tidak mementingkan diri sendiri);
- Selera humor yang tidak biasa
- Mampu memandang hidup secara objektif
- Sangat kreatif
- Tidak menggantungkan diri pada lingkungannya
- Jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lai
- Apresiasi yang berkelanjutan
- Membangun hubungan interpersonal yang memuaskan secara mendalam dengan beberapa orang
- Pengalaman puncak
- Kebutuhan akan privasi
- Sikap demokratis
- Standar moral/etika yang kuat
Meskipun orang mencapai aktualisasi diri dengan cara unik mereka sendiri, mereka cenderung memiliki karakteristik tertentu. Namun, aktualisasi diri adalah masalah derajat, 'Tidak ada manusia yang sempurna'. Tidak perlu menampilkan semua 15 karakteristik untuk menjadi aktualisasi diri, dan tidak hanya orang yang mengaktualisasikan diri yang akan menampilkannya. Maslow tidak menyamakan aktualisasi diri dengan kesempurnaan. Aktualisasi diri hanya melibatkan pencapaian potensi seseorang. Dengan demikian, seseorang dengan karakter apapun juga masih mengaktualisasikan diri.