Mohon tunggu...
Annisa Edlin
Annisa Edlin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Media Publikasi Tugas

Profil publikasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pentingnya bagi Seorang Akuntan untuk Memperhatikan Work-Life Balance dalam Mempertahankan Kualitas Kerja

21 Januari 2022   17:19 Diperbarui: 21 Januari 2022   17:38 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ditulis oleh :

Annnisa Edlin Utami, Nesya Putri Hardiana 

Saat ini, menyeimbangkan tanggung jawab antara pekerjaan di tempat kerja serta pekerjaan dalam rumah tangga atau keluarga dapat menjadi berat sehingga dapat mengakibatkan konflik pekerjaan-keluarga. Setiap karyawan yang bekerja, termasuk seorang akuntan tentu sangat menginginkan tingkat kepuasan kerja yang maksimal, maka dari itu seorang karyawan atau seorang akuntan harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas kerjanya. 

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang adalah konflik peran yang terjadi dalam pekerjaan dan keluarga. Telah ada banyak penelitian yang berfokus pada hubungan antara kehidupan kerja dan kehidupan pribadi, serta dampak satu sama lain. Orang-orang terus berhubungan dengan teman, kerabat, organisasi, dan kolega dalam rutinitas hidup mereka. Mereka memiliki peran yang berbeda-beda sesuai dengan posisinya dalam masyarakat dan tidak menutup kemungkinan mereka hidup dalam konflik peran sesekali.

Konflik pekerjaan-keluarga oleh Frone, Russel & Cooper (1992) didefinisikan sebagai salah satu konflik peran yang terjadi pada karyawan, dimana harus menanggung peran ganda saat melakukan pekerjaan di tempat kerja dan juga pekerjaan dalam keluarga, sehingga dalam suatu waktu karyawan sulit membedakan antara pekerjaan yang mengganggu keluarga dan keluarga yang mengganggu pekerjaan.

Pekerjaan dapat mengganggu keluarga, artinya adalah apabila seorang akuntan menghabiskan sebagian besar waktu dan perhatiannya untuk melakukan pekerjaan di tempat kerja mereka maka akan memiliki sedikit waktu untuk keluarga, dan akan lebih buruk lagi jika mereka tidak pulang begitu saja setelah bekerja: mereka pulang dengan lelah dan stres.  Begitu pula sebaliknya, keluarga dapat mengganggu pekerjaan berarti sebagian besar waktu dan perhatian digunakan untuk urusan keluarga dan tidak sedikit orang yang mengalami stres keluarga, seperti konflik perkawinan, stres membesarkan anak, dan masalah lainnya yang memungkinkan mereka membawa stres tersebut dari rumah untuk bekerja sehingga dapat mengganggu urusan pekerjaan di tempat kerja akuntan.

Konflik pekerjaan-keluarga dalam profesi akuntansi, terutama untuk seorang akuntan, didasarkan pada kebutuhan dan waktu klien mereka, dan karenanya mungkin juga memiliki kemungkinan besar terjadinya konflik ini. Konflik pekerjaan-keluarga itu sendiri telah didefinisikan sebagai “konflik peran” yang disebabkan oleh mengambil terlalu banyak tanggung jawab di tempat kerja dan di rumah. Ini terjadi ketika satu peran membuat peran lain lebih rumit.

Di era sekarang baik pria maupun wanita dalam lingkungan kerja mereka akan dituntut untuk menangani masalah tanggung jawab keluarga dan juga mencari nafkah pada saat yang sama. Ini terkadang membuat seseorang khawatir tentang masalah keluarga ketika mereka seharusnya bekerja, mereka juga terlalu khawatir tentang pekerjaan ketika mereka menghadiri peran keluarga mereka.

Karena sebagian besar pekerjaan kantor dan urusan keluarga dilakukan di lokasi yang terpisah, seorang karyawan termasuk akuntan umumnya secara fisik tidak tersedia untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga dalam satu peran sekaligus. Oleh karena itu, waktu yang dihabiskan di satu peran tidak tersedia untuk tugas yang terkait dengan peran lainnya. Bawaan psikologis dari peran pekerjaan atau keluarga dapat mempengaruhi psikologis ketersediaan dan jumlah energi yang tersedia untuk melakukan peran lainnya. Perpindahan ini mungkin menjadi positif atau negatif; kondisi stres dikaitkan dengan sisa psikologis negatif, sementara kepuasan dalam satu peran dapat meningkat energi dan ketersediaan untuk peran lainnya.

Bagi kebanyakan orang konflik dalam pekerjaan-keluarga selalu terjadi karena waktu yang dimiliki terbatas, namun apabila seorang akuntan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangi waktunya dalam urusan keluarga dan pekerjaan sehingga menimbulkan konflik tersebut dan apabila konflik itu terjadi secara terus menerus dan tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan lebih banyak konflik lainnya dimasa datang seperti konflik batin yang dapat membuat seseorang mengalami efek psikologis yang negatif, 

dan hal ini tentunya akan sangat memberikan dampak bagi seseorang seperti: tidak puas dalam pekerjaan sehingga membuat kualitas kerja menurun baik dalam pekerjaan sebagai seorang akuntan maupun pekerjaan sebagai anggota keluarga, depresi, cemas, tertekan, kelelahan emosional, dan gangguan fisik. Konflik pekerjaan-keluarga menjadi sangat umum di banyak organisasi dan perusahaan telah menyadari bahwa ini adalah situasi yang sangat tidak diinginkan karena dampak negatif yang menghancurkan yang dapat terjadi pada kinerja organisasi mereka (Premeaux et al, 2007, hlm. 707).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun