Mohon tunggu...
anne rufaidah
anne rufaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas, Penyuka Jajan dan Jalan-Jalan

Menyukai hal bernuansa Humaniora, Budaya, Seni, dan Bersenang-senang dengan berbagai cara :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Indra Darmawan, Pahlawan Citarum yang Bergerilya dalam Senyap

8 November 2018   01:32 Diperbarui: 8 November 2018   06:57 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum diolah jadi kerajinan, Indra biasanya menjemur eceng gondok terlebih dulu / Foto : Anne Rufaidah

Pahlawan kerap dianalogikan sebagai sosok pejuang tangguh yang membela kebenaran dengan senjata. Tentu saja, analogi tersebut sesuai jika diterapkan pada era perebutan kemerdekaan, Namun, di zaman kini, zaman dimana milenial lebih sering memegang gadgetnya ketimbang senjata, analogi Pahlawan di atas tentu sudah tidak relevan.

Bagi saya, Pahlawan masa kini adalah pahlawan yang mandiri dan mau bersinergi untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi lilngkungan sekitarnya.

Tahun 2016, saya bertemu dengan seseorang yang membuka pandangan saya mengenai apa itu definisi "Pahlawan" yang sesungguhnya, Ia adalah Indra Darmawan. Pria kelahiran Bandung 7 Maret 1972 ini tidak tinggal diam melihat kawasan tempat tinggalnya, yakni area Sungai Citarum, menjadi kumuh, kotor, dan bahkan warganya lekat dengan kemiskinan.

"Saya lahir di daerah sini teh, sejak kecil saya main di sekitaran sungai ini. Dulu, sungai ini sangat bersih. Tapi sekarang saya sedih lihat sungai Citarum penuh dengan sampah dan ini semakin diperburuk dengan tidak terkendalinya tumbuhan eceng gondok yang tumbuh dimana-mana, sehingga sampah jadi semakin sulit diambil. 

Belum lagi, masyarakatnya kebanyakan jadi miskin karena lahan tani mereka jadi lahan pembangunan Waduk Saguling," tutur Indra saat dijumpai di kediamannya, di Desa Cihampelas Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

Sekolah Alam yang Indra dirikan dari hasil menjual kerajinan dari sampah dan eceng gondok / Foto: Anne Rufaidah
Sekolah Alam yang Indra dirikan dari hasil menjual kerajinan dari sampah dan eceng gondok / Foto: Anne Rufaidah
Sejak lulus kuliah tahun 1998 dari UNPAD, Indra secara konsisten memproduksi barang-barang berbahan dasar sampah dan eceng gondok dari hasil tangkapannya di Sungai Citarum. 

Pada awalnya, ia bahkan mengambil sampah dan eceng gondok itu sendirian, tanpa bantuan warga sekitar. Namun seiring berjalannya waktu, ia mampu membuat kerajinan yang menghasilkan uang yang tidak sedikit dari olahan sampah dan eceng gondok tersebut. Ia bahkan menjual produk kerajinannya di berbagai pameran dan juga online.

"Setelah melihat ada dampak ekonomi, baru warga di sini ikut membantu. Bahkan dari mereka, saya membeli sampah dan eceng gondok yang mereka bawa ke rumah saya. Lalu saya berdayakan ibu-ibu rumah tangga di desa ini untuk menjadi pengrajin, sedangkan bapak-bapak dan pemudanya banyak yang jadi pemulung di sungai Citarum. Upahnya lumayan untuk sehari-hari. Makin sini, warga makin mendukung dan aktif membantu," terang Indra.

kerajinan dari hasil sampah eceng gondok / Foto : Anne Rufaidah
kerajinan dari hasil sampah eceng gondok / Foto : Anne Rufaidah
Hingga tahun 2018, bangunan tanah yang awalnya hanya ada satu saung kecil untuk pengrajin, kini sudah mulai berubah dan lebih asri. Indra membangun sebuah koperasi dan yayasan, dimana ia tidak hanya memberdayakan warga di lingkungannya dari segi ekonomi, namun juga ia membangun sebuah sekolah alam berbasis cinta lingkungan. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal dimana para siswanya diharuskan menyetor sampah atau pun eceng gondok sebagai "bukti" dana bulanannya.

Apa yang dilakukan Indra, pelan-pelan menjadi sorotan berbagai pihak. Bantuan untuk beragam kegiatan lingkungan dan pendidikan pun terus berdatangan. Warga yang awalnya tidak peduli pada lingkungan, perlahan mulai melihat sisi lain dari sampah-sampah yang ada di sekitarnya.

 Indra adalah salah satu pahlawan menurut saya, karena ia mampu mengubah sesuatu yang (katakanlah) buruk menjadi baik. Ia mampu mempengaruhi lingkungannya untuk mengubah mind set warga di sekitar sungai Citarum, dalam melihat persoalan lingkungan yang ada di dekatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun