Mohon tunggu...
Siska Dewi
Siska Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Count your blessings and be grateful

Previously freelance writer https://ajournalofblessings.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup dalam Cinta, Iman dan Pengharapan (Refleksi dari Perayaan Cap Go Meh Virtual di Era Pandemi)

28 Februari 2021   13:45 Diperbarui: 28 Februari 2021   13:56 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasutri Sebastian & Listija, Kormep St. Andreas (Sumber: dokpri)

Momen apa yang paling dirindukan para anggota komunitas Marriage Encounter (ME) Gereja St. Andreas di era pandemi COVID-19 ini? Bagi saya, jawabannya adalah kebersamaan. Salah satu acara kebersamaan yang biasa diselenggarakan di bulan Februari adalah Perayaan Cap Go Meh.

Sebelum pandemi, perayaan Cap Go Meh selalu meriah. Karena jatuh pada bulan Februari, perayaan Cap Go Meh selalu dibalut nuansa Valentine. Dekorasi yang memadukan nuansa Imlek dan Valentine terkesan unik dan selalu dinanti oleh para pasutri untuk dijadikan latar belakang foto bersama pasangan dan teman-teman sekomunitas.

Pada tahun ini, perayaan Cap Go Meh dilakukan secara virtual karena adanya pembatasan kegiatan akibat pandemi COVID-19. Sekitar 61 pasutri berkumpul dalam ruang pertemuan aplikasi Zoom.

Para pasutri peserta pertemuan virtual (sumber: dokpri)
Para pasutri peserta pertemuan virtual (sumber: dokpri)

Meskipun diselenggarakan secara virtual, aura kegembiraan terasa sepanjang acara pertemuan. Kebersamaan yang berlangsung selama dua setengah jam sungguh menjadi pengalaman yang menyegarkan relasi para pasutri.

Koordinator ME Paroki (Kormep), pasutri Sebastian dan Listija, mengawali pertemuan dengan persembahan lagu "Gong Xi Gong Xi". Alunan suara merdu Sebastian mengiringi denting guzheng yang dipetik jemari Listija dengan lincah.


Hidup dalam cinta, iman, dan pengharapan

Seperti biasa, setiap pertemuan ME selalu diisi dengan refleksi dan sharing pengalaman iman. Kali ini, para pasutri diajak merenungkan makna hidup dalam cinta, iman, dan pengharapan di era pandemi.

"Setelah hampir setahun dicekam pandemi, apa yang kita rasakan? Gambarkan perasaan Anda dengan satu kata," demikian permintaan pasutri Chris dan Lely yang membawakan refleksi.

Mayoritas pasutri menjawab bahwa mereka sedih, khawatir, jenuh, bosan, frustrasi, dan kecewa. Beberapa pasutri menjawab bahwa mereka tetap bersyukur. Ada satu pasutri yang merasa senang karena kini bisa memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga.

Ya, kegiatan bisnis yang terdampak pandemi tak ayal membuat manusia khawatir akan masa depan. Banyaknya pembatasan membuat orang merasa bosan dan jenuh. Adanya program dan rencana kerja maupun rencana pelayanan yang tak terlaksana membuat orang merasa frustrasi dan kecewa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun