Mohon tunggu...
Ankiq Taofiqurohman
Ankiq Taofiqurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Orang gunung penyuka laut dan penganut teori konspirasi. Mencoba menulis untuk terapi kegamangan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jawa Barat "Si Seksi" dalam Pemilu

21 Maret 2019   19:12 Diperbarui: 21 Maret 2019   19:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://www.wisatania.com/gedung-sate

Pemilu 2019 tinggal menghitung hari, kampanye antar partai dan Paslon semakin digenjot, mencoba meraup suara dari segala daerah. Para penguasa wilayah pun urun kampanye menjual visi misi paslon dukungannya. Ada kepala daerah yang masih malu-malu kucing, ada pula yang terang benderang menjadi corong Paslonnya. Para tokoh adat dan pemuka agama intens disambangi untuk meraih simpati pengikutnya. Gol dari semuanya pasti suara sebanyak-banyaknya untuk Paslon dan juga untuk partainya.

Banyak analisis telah dikemukan dari berbagai kemungkinan dan kemenangan untuk tiap wilayah, lembaga survey pun kompak memberikan perhitungan yang tak sama.

Para ahli Pilkada, baik partai maupun konsultan, sudah barang tentu memetakan wilayah-wilayah mana saja yang dapat menjadi lumbung suara, wilayah massa mengambang serta wilayah rawan kekalahan. Karena pilkada adalah pengumpulan suara rakyat, maka tak heran wilayah dengan jumlah penduduk yang besar menjadi hidangan yang diperebutkan. 

Satu wilayah yang begitu menggoda untuk diperebutkan oleh partai dan Paslon, tidak lain dan tak bukan, adalah Jawa Barat. Menduduki provinsi berpenduduk terbanyak, dipastikan Jawa Barat adalah sumber suara untuk kedua Paslon, ditambah dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar tentu biaya yang digunakan untuk kampanye dapat ditekan. Tak heran, jika kedua Paslon sering bersafari politik di wilayah priangan.

Pada pemilu kali ini,menarik untuk disimak bagaimana peran Jabar untuk kedua Paslon, mengingat Jabar dipimpin oleh seorang gubernur yang pro petahana, namun diawal-awal karir politiknya, justru didorong oleh Paslon 02. Sikap antitesis dari Kang Emil ini membekas disebagian warga Jabar, terutama warga Bandung, yang melihat ambisi beliau untuk terus berselancar di dunia politik. Sikap ini bisa jadi bumerang bagi 01, namun besar juga kemungkinan 01 mendapat gerbong suara dari pilihan Kang Emil.

Selain keberadaan sang Gubernur saat ini, jangan lupa darimana gubernur Jabar yang digantikan Kang Emil berasal. PKS memilik basis yang kuat di Jabar. Sejak Pilkada langsung memilih gubernur, Kang Aher sebagai kader Partai berlambang padi dan bulan sabit secara nyata memenangkan dua kali pemilihan gubernur Jabar.

Padahal diawal kemunculannya, Kang Aher kurang populis dibandingkan calon lainnya, tetapi mesin partai dan cawagub nya ditenggarai yang mendorong kemenangan Ahmad Heryawan sebagai orang nomor 1 Jabar waktu itu.

Fenomena PKS terulang kembali di Pilkada gubernur Jabar 2018, dengan mengusung dua tokoh non populis, yaitu Sudrajat dan Ahmad Syaikhu, PKS mampu memberikan perlawanan yang kuat kepada pemenang Pilkada gubernur Jabar, Kang Emil dan Kang UU. Kekuatan PKS di Jabar tentu menjadi perhatian tersendiri bagi petahana yang memang bersebrangan dengan PKS. 

Tak jarang para ahli dan politisi menggunakan Pilkada sebagai bahan evalusi untuk Pilpres, dan dalam dua kali Pilpres di tahun 2004 serta 2009 , Paslon yang unggul di Jabar, dapat melenggang ke istana, tetapi hal ini tidak berlaku pada Pilpres 2014. Kemenangan Prabowo di Jabar tetap mengantarkan Jokowi menjadi presiden 2014-2019.

Jika menilik kembali Pilpres 2014, kemenangan Jokowi disebabkan pula oleh efek Jusuf Kalla, akibatnya efek Jabar terkalahkan oleh wilayah timur. Pada pemilu kali ini, Paslon 01 mestilah ekstra waspada, melihat nilai suara cagub Jabar 2018 asal kandang banteng berada diposisi buncit, sementara pak de Jokowi adalah kader PDIP tulen.

Jawa Barat yang telah bertransformasi menjadi kawasan industri, tentu warganya memiliki budaya yang berbeda dengan kawasan non industri. Masyarakat Jabar lebih terbuka dan efek ketokohan tidak sekuat didaerah lain. Keberadaan Sandiaga Uno bisa jadi magnet bagi warga Jabar di wilayah perkotaan yang padat penduduk, sementara sosok KH Ma'ruf Amin tentu akan lebih kuat di wilayah dengan akar pesantren yang kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun