Mohon tunggu...
Ankiq Taofiqurohman
Ankiq Taofiqurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Orang gunung penyuka laut dan penganut teori konspirasi. Mencoba menulis untuk terapi kegamangan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Supremasi Kulit Putih itu Masih Ada

16 Maret 2019   11:55 Diperbarui: 17 Maret 2019   12:57 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita tentu terhenyak saat mendengar kabar terjadi penembakan brutal di sebuah Masjid di New Zealand (15/3) oleh seorang warga kulit putih. Pembunuhan dengan dalih apapun, apalagi dilakukan didalam tempat peribadatan adalah tindakan barbar yang patut untuk dikutuk. Pelakunya adalah Brenton Tarrant, warga kulit putih yang menulis "The Great Replacement", sebuah ide mengenai penolakan dan penyingkiran para imigran. 

Pelaku ditenggarai merupakan bagian dari sebuah kelompok atau simpatisan pada organisasi yang dikaitkan dengan white supremacy, yaitu paradigma bahwa ras kulit putih (kaukasoid) adalah ras paling unggul dimuka bumi ini. Dari Catatan sejarah bisa kita ungkap kembali bagaimana oknum ras kulit putih menganggap bahwa dirinya lah yang terbaik. 

Perbudakan, Partai Nazi, Apartheid atau stolen generation merupakan contoh praktek rasisme dan segregasi yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut. Rasisme tersebut pernah surut pada masanya namun kembali mencuat setelah  peristiwa 9/11 yang menyebabkan Islamfobia menyebar di negara-negara mayoritas kulit putih. 

Kemudian muncul gelombang migrasi dari dunia ketiga menuju negara maju, yang akhirnya membuat sebagian warga kulit putih di negara maju merasa terancam kedaulatannya oleh para imigran. Dibeberapa negara eropa, partai-partai konservatif sudah terbiasa berkampanye dengan tema anti imigran.

Melihat kebelakang, rasisme dan segregrasi dapat dilihat jauh sebelum masehi pada sistem perbudakan. Perbudakan menjadi hal lazim pada zaman itu, bangsa yang kalah perang akan dijadikan budak oleh sang pemenang. Pada zaman itu segregasi belum terjadi karena ras tapi karena kekuatan dan kemenangan suatu bangsa. 

Perbudakan semakin menguat setelah ditemukannya Benua Amerika, untuk memenuhi pekerja yang kuat dan murah, maka diburulah bangsa-bangsa kulit hitam untuk dibawa ke benua baru tersebut. Hingga pada pemerintahan Abraham Lincoln perbudakan dilarang dan menimbulkan penentangan dari para tuan tanah pemilik budak yang mengakibatkan perang sipil di Amerika (1861-1865) dengan kemenangan pihak pemerintah yang disebut sebagai pihak utara. 

Para tuan tanah dan pihak selatan yang kalah dalam perang tersebut tidak begitu saja menerima kekalahan, puncaknya adalah pembunuhan Lincoln oleh John Wilkes Booth, seorang simpatisan konfederasi (sebutan untuk wilayah selatan Amerika pendukung perbudakan).

Dalam teori konspirasi, John Wilkes Booth disebutkan adalah pionir dari sebuah organisasi white supremacy di Amerika yang dikenal sebagai Ku Klux Klan (KKK) sebuah organisasi yang mengagungkan bahwa ras kulit putihlah yang terbaik dan berhak mengatur dunia. KKK memiliki sayap paramiliter yang bertugas meneror warga minoritas Amerika terutama warga kulit hitam. 

Anggota-anggota KKK menyusup pada berbagai kalangan hingga politisi untuk tetap mempertahankan regulasi pemisahan hak atas warna kulit dibeberapa negara bagian di Amerika. KKK sendiri mendapat penentangan terutama dari tokoh kulit hitam Amerika, puncaknya adalah ditahun 60an, ketika massa kulit hitam dan warga negara Amerika melakukan protes besar-besaran yang dipimpin oleh tokoh kulit hitam Martin Luther King Jr. 

Sekarang, setelah peristiwa 9/11, nampaknya white supremacy yang dikenalkan oleh KKK kembali diadopsi oleh para oknum kulit putih untuk membenarkan segala tindakannya mengenyahkan para imigran terutama kulit berwarna. Tentu tindakan-tindakan para oknum itu ditentang oleh negaranya sendiri. 

Para pemimpin negara-negara maju sudah barang tentu mengutuk dan melarang segala tindakan rasisme dan segregasi. Banyak regulasi atau aturan yang dikeluarkan oleh negara-negara mayoritas kulit putih hingga oleh PBB untuk menghilangkan faham white supremacy. Bahkan FIFA selaku organisasi sepak bola dunia memiliki slogan kick racism untuk menyamakan kedudukan semua ras dilapangan hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun