Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dialog Shangri-La akan Membahas Militerisasi LCS dan Terorisme

31 Mei 2018   15:35 Diperbarui: 31 Mei 2018   16:06 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: nasional.kompas.com)

Akhir pekan ini, para menteri pertahanan, kepala militer dan ahli keamanan dari Asia dan negara-negara terkuat di dunia berkumpul di Singapura untuk membahas tentang perkembangan terakhir di Laut China Selatan (LCS), keamanan di kawasan Indo-Pasifik, terorisme dan upaya perdamaian di Korean Peninsula.

Mereka akan berkumpul dari tanggal 1 hingga 3 Juni di Shangri-La Hotel Singapura untuk konferensi pertahanan Asia, Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) Dialog Shangri-La (Shangri-La Dialogue atau SLD), dan membahas semua masalah keamanan yang penting.

SLD tahun ini, yang merupakan forum keamanan antar-pemerintah Track One, tiba pada titik penting hanya beberapa hari setelah China dengan tegas mengerahkan pesawat tempur jarak jauh yang bisa membawa bom nuklir untuk pertama kalinya di suatu pulau di LCS. Menurut para peneliti, kemungkinan pulau yang tersebut adalah Pulau Woody di Paracels, daerah yang diklaim oleh Vietnam, yang sekarang di bawah kendali penuh China.

Laporan media sosial China mengatakan bahwa pesawat tempur elit H-6K China berhasil mendarat dan lepas landas di pulau itu dan melakukan simulasi serangan sebelum mendarat. Pesawat tempur H-6K ini, yang dapat terbang hingga 1,600 mil laut, dapat membawa rudal jelajah yang diluncurkan di udara, termasuk bom nuklir.

Baru-baru ini, China membangun fasilitas militer di beberapa pulau buatan, terumbu karang di Paracels dan Kepulauan Spratly di LCS. China sejauh ini telah membangun 1,652 bangunan di pulau-pulau dan terumbu karang di LCS.

Di setiap pulau China dapat menempatkan hingga 2,400 pasukan militer. Mereka juga taroh rudal jelajah anti-kapal, sistem rudal darat di tiga pulau di Kepulauan Spratly, wilayah yang diklaim oleh China, Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Militerisasi LCS oleh China, khususnya pesawat tempur  H-6K dapat dengan mudah menargetkan Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei dan Taiwan, semua wilayah ini dalam jarak 1,000 kilometer, dan dapat mengancam keamanan dan perdamaian di Asia Tenggara.

Semua negara Asia Tenggara, terutama Vietnam, pengklaim terbesar kedua di LCS, dan Indonesia - negara non-klaim dan pemimpin de facto ASEAN - telah meminta non-militerisasi di LCS. Mereka juga meminta semua negara penuntut untuk melakukan pengendalian diri demi menghindari ketegangan dan menghormati kebebasan navigasi dan overflight di perairan LCS.

Satu-satunya negara adidaya di dunia AS mengecam kegiatan militer China di LCS dengan mengatakan bahwa militerisasi China di LCS yang disengketakan hanya dapat meningkatkan ketegangan dan mengguncang wilayah tersebut.

China menanggapinya dengan sangat cepat, dengan mengatakan bahwa China sedang melakukan latihan militer di pulau LCS-nya sendiri.

"Latihan yang relevan (mengerahkan prajurit H-6K) hanyalah latihan biasa militer China. Tidak perlu berlebihan mengartikannya," kata juru bicara Departemen Luar Negeri China Lu Kang baru-baru ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun