Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Meredam Sentimen SARA di Pilkada 2018

4 Januari 2018   19:29 Diperbarui: 4 Januari 2018   19:43 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sukseskan Pilkada - http://mediaindonesia.com

Ada kekhawatiran, isu SARA kembali mencuat di pilkada 2018. Banyak yang khawatir ujaran kebencian yang merebak di pilkada DKI Jakarta, kembali terulang di Jawa Barat, Jawa Tengah,  Jawa Timur dan daerah lainnya. Kekhawatiran ini beralasan. Karena dampak yang ditimbulkan sentiman SARA ini lebih dahsyat dari politik uang sekalipun. 

Jika politik uang bisa merusak perolehan suara, sentimen SARA tidak hanya suara yang rusak, tapi kerukunan, toleransi dan keberagaman negeri ini juga ikut rusak. Tidak ada lagi rasa saling menghormati. Yang ada adalah rasa saling membenci yang berlebihan. Ironisnya, tidak sedikit masyarakat kita yang sadar, bahwa provokasi SARA yang sering terjadi akhir-akhir ini memang sengaja dimunculkan, untuk kepentingan tertentu.

Mungkin kita masih ingat, bagaimana keberadaan organisasi Saracen. Organisasi yang menawarkan jasa menyebarkan informasi bohong dan menyebarkan kebencian, untuk kepentingan politik. Setelah pilkada DKI Jakarta, polisi berhasil menangkap kelompok ini. 

Sayangnya, polisi tidak terlihat memburu sampai ke pihak-pihak yang menggunakan jasa Saracen ini. Tidak hanya ulah Saracen, ujaran kebencian juga disebarkan oleh kelompok radikal dan intoleran. Bahkan, masyarakat yang telah terpapar pun juga mulai ikut aktif menyebarkan kebencian. Jika hal ini masih terus terjadi dan dimanfaatkan pihak-pihak yang ingin mengganggu stabilitas NKRI, tentu akan sangat berbahaya.

Mabes Polri sendiri telah melakukan berbagai antisipasi, untuk mencegah maraknyanya sentimen SARA di media sosial jelang pelaksanaan pilkada, pada Juni 2018 mendatang. Patroli siber akan terus dilakukan. Hal ini penting karena pengguna internet di Indonesia, jumlahnya cenderung mengalamai peningkatan. 

Pemerintah juga telah membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), yang diharapkan juga bisa mampu meredakan ujaran kebencian, sentimen SARA, hingga propaganda radikalisme di dunia maya. Namun kita tidak berharap sepenuhnya dari aparat keamanan. Kesadaran di tingkat masyarakat juga harus terbangun. Masyarakat juga harus berkontribusi aktif, dalam menjaga kedamaian di lingkungannya masing-masing.

Filter masyarakat penting ditingkatkan, karena selama ini masyarakat banyak menjadi korban akibat ketidaktahuannya. Banyak masyarakat tidak mau membekali dirinya dengan informasi yang valid. Sebagian masyarakat yang sudah terpapar bibit kebencian dan intoleran, cenderung percaya pada informasi orang dia percayai, dibandingkan informasi yang valid. 

Fakta tidak bisa dianggap remeh. Karena literasi media memang belum sepenuhnya menjadi tradisi masyarakat. Sementara perkembangan teknologi, telah membuat informasi dari mana saja begitu cepat berkembang. Untuk itulah, membekali diri dengan informasi menjadi sebuah keharusan di era teknologi sekarang ini.

Mari kita sambut pilkada serentak ini dengan penuh suka cita. Jangan sampai pesta demokrasi ini, terkotori oleh pesan-pesan kebencian, yang bisa memancing perilaku radikalisme dan terorisme. Ingat, para pelaku teror seringkali memanfaatkan konflik untuk menciptakan teror. Bahkan, ancaman perpecahan akibat sentimen SARA di pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu, juga akan ditunggangi oleh kelompok radikal dan jaringan teroris. 

Beruntung aparat keamanan sigap, dan mampu menggagalkan berbagai rencana teror yang akan mereka lakukan. Yuk, kita redam pesan negatif yang saat ini sudah mulai bertebaran di dunia maya. Mari kita redam dengan pesan-pesan damai, pesan inspiratif, pesan yang menyejukkan agar masyarakat bisa tercerahkan. Bahwa salain membenci, justru akan membuat negeri ini semakin tercerai berai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun