Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi "Millenial" Harus Menjadi Generasi Anti Radikalisme

2 November 2017   05:50 Diperbarui: 2 November 2017   06:01 1801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Muda Cinta Pancasila - www.suaradewata.com

Gerakan anti radikalisme terus mengemuka. Gerakan untuk membendung maraknya penyebaran paham radikalisme, tidak hanya dilakukan kalangan dosen, akademisi dan perguruan tinggi, tapi juga kalangan mahasiswa yang mewakili generasi muda. Deklarasi anti radikalisme terus menggemai di lingkungan pendidikan. 

Hal ini dilakukan karena ideologi radikalisme terus menyusup ke lembaga pendidikan. Tidak hanya ada mahasiswa yang radikal, tapi dosen pun juga pernah ditemukan ada yang radikal. Tak hanya itu, di level sekolah menengah atas pun, juga pernah ditemukan siswa yang terpapar radikalisme.

Disisi lain, ideologi radikal yang selalu berlindung dibalik agama ini, juga mulai marak di media sosial. Kelompok radikal begitu paham, media sosial yang banyak digemari generasi milenial ini, sudah menjadi ruang publik yang wajib disinggahi setiap hari. Akibatnya, ideologi kekerasan ini pun mulai menjamur di media sosial dalam beberapa tahun terakhir. Ujaran kebencian begitu mudah menjangkiti generasi muda kita. Banyak yang memutuskan unfriend hanya karena tersinggung. Banyak orang yang merasa terdzolimi, akibatnya membuat opini publik. Ini fakta yang kita temui saat ini. Dan tentunya hal ini harus menjadi perhatian kita bersama.

Banyak yang mengatakan, generasi muda mempunyai kekuatan tersendiri. Dengan kecerdasan dan keberaniannya, perubahan akan terjadi. Bukan hal yang berlebihan, jika presiden Soekarno pernah mengatakan, "Seribu orang tua bisa bermimpi.Satu orang pemuda bisa mengubah dunia". Ungkapan pendiri bangsa ini menunjukkan, bahwa pemuda mempunyai kekuatan yang potensial. Asalkan potensi itu dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas. 

Namun semuanya itu tergantung ideologi yang mendorongnya. Jika ideologi yang dipercaya adalah ideologi radkal yang mengedepankan kekerasan, maka hasilnya pun akan menyesatkan. Sebaliknya, jika ideologi yang dijadikan dasar adalah Pancasila, maka hasilnya akan sangat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. 

Di era yang serba maju seperti sekarang ini, tantangan generasi muda kian kompleks. Jika anak muda tidak membekali diri dengan kecerdasan dan pemahaman agama yang benar, dia akan mudah dipengaruhi oleh ajakan yang menyesatkan. Jadilah generasi yang aktif memberikan bibit kebaikan dan kedamaian. Jangan menjadi generasi yang aktif memberikan bibit kebencian, yang berpotensi bisa memicu terjadinya konflik. Untuk itulah, bijak bermedia sosial perlu diimpelementasikan dalam keseharian. Santun dalam bertutur kata juga harus diterapkan. Jangan merasa benar sendiri, karena manusia itu pada dasarnya makhluk yang berproses, yang bisa melakukan kesalahan. 

Persoalan di era yang serba moderan ini kian kompleks. Bibit intoleransi dan radikalisme yang terus menyebar, berpotensi memunculkan berbagai aksi terorisme. Dan tidak dipungkiri, ancaman ini masih saja terjadi meski Densus 88 terus melakukan penangkapan. Ideologi yang telah mengakar, akan sulit dihilangkan. Dan generasi muda, rentan terpapar radikalisme dan terorisme, jika tidak mempunyai benteng pencegahan. Harus dilakukan upaya kolektif, untuk melakukan penangkalan penyebaran bibit radikal ke semua elemen masyarakat, khususnya generasi muda. 

Jangan menjadi radikal, jika masih ingin mewujudkan cita-cita. Jangan menjadi radikal, jika masih ingin generasi penerus. Mereka yang radikal, terbukti tidak punya harapan. Mereka yang radikal, juga terbukti tidak mendapatkan apa-apa. Karena apa yang mereka yakini, ternyata sesuatu yang salah. Semoga ini bisa jadi renungan bersama. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun