Mohon tunggu...
Anisa Rahmahlia Wismasari
Anisa Rahmahlia Wismasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kondisi Psikologis Anak Selama Masa Pandemi

16 Juni 2021   08:39 Diperbarui: 16 Juni 2021   08:54 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pandemi covid 19 yang tidak kunjung usai melahirkan polemik baru dimasyarakat. Pemberlakuan pembatasan sosial menimbulkan rasa takut dan khawatir diseluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Adanya pandemi covid-19 meemengaruhi berbagai sektor kegiatan di Indonesia, salah satunya adalah pada sektor pendidikan. 

Dalam upaya menghambat penyebaran virus covid-19 Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengeluarkan surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) yang menyatakan, dibatalkannya UN Tahun 2020, proses belajar dari rumah, dan prasyarat kenaikan kelas, serta penerimaan peserta didik baru. Adanya pembatasan aktivitas belajar yang tadinya dilaksanakan di sekolah dan kini harus menerapkan pembelajaran di rumah, membuat para siswa mengalamai perubahan pola belajar secara drastis.

Pada dasarnya sekolah merupakan rumah kedua bagi para siswa untuk melakukan proses belajar dan bermain antar sesama. Selain itu, sekolah juga mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan kognitif dan sosial. Di sekolah, mereka bisa belajar bersama dalam kelompok, bergaul, bermain dengan teman sebaya maupun berinteraksi dengan warga sekolah lainya terutama guru yang memiliki karakteristik berbeda-beda. Interaksi yang timbul dalam lingkungan sekolah ini yang menimbulkan adanya perilaku kerjasama, rasa persahabatan, saling tolong menolong, maupun kompetisi yang bermanfaat untuk kemampuan sosialnya di masa depan. Terbukti bahwa sekolah sangat berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan sosial seorang anak.

Guna menekan penyebaran covid-19 di lingkungan pendidikan, dan diberlakukan pembatasan ini, semua aktivitas harus dilakukan di rumah dengan anggota keluarga mereka. Anak-anak sangat dibatasi memasuki lingkungan sekolah. Hal itu membuat mereka tidak dapat berinteraksi secara langsung dengan guru dan teman-temannya. Menurut penelitian, beberapa anak menyatakan bahwa mengalami kesulitian melakukan pembelajaran secara daring. Ini karena mereka tidak dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan temannya untuk membahas tugas yang mereka dapatkan. Kegiatan belajar di rumah sebenarnya bukan menjadi masalah bahkan bisa memberikan manfaat untuk perkembangan kognitif.

Selain itu keterampilan sosial dapat muncul apabila terdapat interaksi yang baik antara anak dan anggota keluarga lainnya. Namun, masalah akan muncul ketika proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik. Contohnya ketika orang tua tidak paham mengenai materi pelajaran anaknya. Bahkan ada orang tua yang kurang mengerti cara pengoperasian teknologi, padahal itu merupakan sarana pembelajaran daring anak. Hal itu bisa menjadikan anak merasa kesulitan meminta bantuan kepada orang tuanya yang berujung anak enggan untuk belajar.

 Beragam reaksi muncul dari anak-anak dalam menghadapi perubahan ini. Ada anak yang merasa senang karena dengan pembelajaran di rumah, mereka tidak perlu bangun pagi dan tergesa-gesa untuk berangkat ke sekolah. Namun, Sebagian besar dari mereka merasa kecewa karena kehilangan kesempatan untuk bermain dengan teman-temannya di sekolah. Karena momen-momen semacam itu yang tidak bisa terulang kembali ketika mereka sudah tidak duduk dibangku sekolah. 

Data yang diperoleh dari survey penilaian cepat yang dilakukan oleh Satgas Penangangan Covid-19 (BNPB 2020) memperoleh hasil bahwa 47% anak Indonesia merasa bosan belajar di rumah, 35% anak merasa khawatir khawatir jika tertinggal pelajaran, 15% anak merasa tidak aman, 20% anak merindukan teman-temannya, dan 10% anak khawatir dengan kondisi ekonomi keluarganya.) Efek yang ditimbulkan dari adanya perubahan mekanisme pembelajaran dapat mempengaruhi emosional seorang anak. 

Keterkaitan emosional anak dengan guru dan juga antar sesama teman sekelas tentu saja hanya bisa dirasakan ketika melakukan pembalajaran langsung di sekolah. Apabila aktivitas tersebut tidak terlaksana maka sedikit banyak akan mengganggu proses belajar bermasyarakat dan juga bersosialiasi dari anak tersebut. Adanya pembelajaran yang dilakukan dari rumah ini juga turut serta mengubah pola dari orang tua yang harus ikut mengawasi anaknya dalam mengikuti pembelajaran.Tidak cukup hanya mengawasi, orang tua juga dituntut untuk bisa membimbing dan dapat mengikuti tata cara pelajaran online supaya anak tidak tertinggal

Disisi lain, dari keadaan yang dirasakan orang tua, 90% dari mereka merasakan kesulitan dalam membimbing anak-anaknya belajar dari rumah. Bahkan banyak orang tua yang mengeluhkan stres karena tugas dari anaknya yang bertambah setiap hari. Belum lagi anak-anak susah diatur, dan juga suka menunda-nunda untuk mengerjakan tugas. Adanya gawai yang seharusnya menjadi alat untuk belajar justru digunakan untuk kegiatan lainnya seperti bermain game, menonton YouTube, dll. 

Selain itu, orang tua juga harus membagi antara bekerja, mengurus rumah, serta mengajari anak belajar. Oleh karena itu, tidak sedikit orang tua yang menginginkan anaknya kembali belajar langsung di sekolah agar lebih mudah memahami materi pelajaran dan lebih patuh terhadap guru.

Penelitian menyebutkan adanya pandemi covid-19 sangat berdampak pada kondisi psikologis anak usia dini dibawah 12 tahun. Ketika semua kegiatan belajar dilakukan dari rumah, itu membuat anak merasa sangat jenuh dan bosan. Keadaan ini membuat anak merasa ada sesuatu yang hilang dalam kesehariannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun