Mohon tunggu...
Anisah Arief
Anisah Arief Mohon Tunggu... Guru - Hitam putih

Seseorang yg mengagumi senja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Impian Masa Kecilku

4 Agustus 2021   08:18 Diperbarui: 4 Agustus 2021   08:20 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Masa kecil masa bebas ingin jadi apapun, tak peduli orang berkata apa kita bebas berkeinginan dengan cara lugu. Masa kecilku tidaklah indah, kecelakaan lalu lintas yang membuatku gegar otak dan tidak sadar selama 1 minggu, membuatku menjadi pribadi yang tertutup. Tak punya teman, karena teman-teman sebayaku menjauhiku karena takut padaku, mungkin karena menganggap aku begitu menakutkan dengan rambut pendek nyaris gundul karena gegar otak itu, dan pandanganku yang tajam dan selalu melotot menurut mereka. 

Jadilah ada pribadi yang berbeda, berteman dengan buku dan orang-orang sekitar yang usianya bukan lagi anak-anak. Ya aku berteman dengan orang-orang yang menghabiskan waktu di pos kamling atau kemitan. Main catur dan cerita-cerita tentang kehidupan jadi kegiatan  sehari-hari. 

Akupun belajar main catur, jadi atlet kampung dan ketika even Agustusan selalu ikut andil. Akupun termotivasi untuk ikut lomba. Sayangnya kegiatan itu hanya untuk pria, untuk catur wanita tidak diadakan karena tidak ada yang ikut kata panitianya. 

Impianku jadi atlet pun masih aku simpan dalam hati, karena menurutku tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat.

Waktu berlalu, aku masih suka main catur dengan bapak-bapak di pos kamling. 

Sampai suatu saat, guru SD ku mengumumkan kalau ada lomba catur. Akupun dengan berani ikut serta disana. Alhamdulillah ada lomba catur wanita juga. Dari SD se kecamatan ternyata hanya ada 4 peserta yang ikut. Karena hanya 4 peserta maka tiap pemain akan bermain dengan lawan tandingnya 1 kali saja. 

Lawanku yang pertama cukup berat, anaknya cukup mahir juga, tapi aku yang sudah pengalaman main catur dengan bapak-bapak akhirnya mengambil langkah skak pada lawanku. Lawan main ku kulihat mulai grogi karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan rajanya, lama sekali dia berpikir. Karena sudah terlalu lama menunggu langkah berikutnya, panitia bertanya pada lawan mainku, untuk melanjutkan langkahnya dan lawan mainku menggeleng. Aku tersentak dan jantungku hampir copot rasanya, aku menang teriakku dalam hati. 

Babak pertama aku sudah menang, dibabak kedua ternyata lawan mainku ini baru saja belajar main catur terlihat dari langkah pion-pionnya, dan terbukti baru 4 langkah dia sudah menyerah padahal aku belum melakukan skak mat atau apa. Anaknya sudah menyerah. 

Dan akhirnya aku jadi juara 1 lomba catur tingkat SD se kecamatan di daerahku. Meski hadiahnya hanya alat tulis tapi itu sudah membuatku bangga. Impian untuk jadi atlet meski tingkat kampung sudah aku raih. 

Meski tidak berlanjut jadi atlet catur tingkat nasional tapi setidaknya itu jadi cerita pengalaman hidupku. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun