Sering kali istilah Revolusi Industri 4.0 kita dengar. Cepatnya perkembangan teknologi yang terjadi berpengaruh pada perilaku berbisnis dan kondisi ekonomi global, sehingga lahirlah ekonomi digital. Kini dunia internet sudah berkembang begitu pesat hingga dunia perbankan, fintech, bahkan industri finansial seperti asuransi pun ikut bergerak di platform internet.Â
Aplikasi finansial makin bertumbuhan seiring dengan makin tingginya pengguna yang menggunakannya. Mulai dari membuat anggaran, penghitungan untung-rugi, bunga pinjaman, asuransi, hingga pembayaran digital, tumbuh subur dalam bentuk aplikasi. Istilah bank di dalam genggaman pun rasanya sudah teraplikasikan.
Ada lima teknologi yang paling potensial memicu pertumbuhan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara, kelima hal tersebut yaitu mobile internet, big data, internet of things, automation of knowledge, dan cloud technology. Perkembangan ekonomi digital Indonesia menjadi sorotan dunia sejak 2016 ketika Gojek mendapatkan pendanaan sehingga memiliki valuasi US$ 1 miliar. Dengan valuasi sebesar itu, perusahaan rintisan ini masuk kelompok unicorn.
Ekonomi digital di Indonesia terwujud dalam beragam industri. Tidak hanya terpaku pada finctech saja, namun ekonomi digital kini juga sudah merambah ke bidang transportasi, finansial perbankan, agrikultur, hingga tata kota. Perkembangan ekonomi digital sendiri berbanding lurus dengan penggunaan internet di Indonesia. Salah satu bukti dari hal ini adalah menjamurnya berbagai usaha start up, bahkan kini 4 di antaranya sudah bergelar Unicorn.Â
Diketahui Industri teknologi finansial terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp25,97 triliun. Hal itu terungkap dalam kajian Institute for Development of Economics and Finance (Indef) bersama dengan Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech). Ekonom Indef Bhima Yudhistira menjelaskan perkembangan Fintech di Tanah Air mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB).
"Perkembangan fintech di Indonesia mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto atau PDB sebesar Rp25,97 triliun baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, konsumsi rumah tangga mampu meningkat hingga Rp8,94 triliun. Kedua hal tersebut menunjukkan keberadaan fintech telah mampu meningkatkan perekonomian Indonesia secara makro," kata Bhima, di Jakarta, Selasa (28/8).
Perkembangan dan pertumbuhan ini akan terus terjadi. Kini tinggal siapa yang mengikuti dan siapa pula yang memilih tinggal. Siapa yang yakin dan siapa yang tidak. Tidak sedikit yang berpikir bahwa ini merupakan sebuah ancaman, di sisi lain situasi ini adalah peluang yang nyata. Pada akhirnya, mau tidak mau perkembangan ekonomi digital akan menjadi keharusan dari bagian hidup kita.
Anisa Ananda, Universitas Muhammadiyah Riau