Mohon tunggu...
Anin Lihi
Anin Lihi Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Ilmu

Membaca dan menulis adalah bagian dari hobi yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang, bagi saya keduanya termasuk aktifitas yang sangat menyenangkan. Sebagai seorang pengajar dan pendakwah tentu lebih berpikir kalau menulis, tulisannya tidak boleh hanya bermanfaat bagi kemaslahatan hidup di dunia, melainkan lebih jauh dari itu bisa bermanfaat untuk akhirat. sebab, manusia akan menjalani dua aktifitas kehidupan, yakni kehidupan dunia dan akhirat. maka topik yang paling utama bagi saya adalah agama dan sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Renungan Mudik: Hidup Bagaikan Penumpang Kapal

2 Mei 2023   05:25 Diperbarui: 2 Mei 2023   06:04 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika seseorang melakukan perjalanan dengan menaiki Kapal. Seseorang harus membeli tiket terlebih dahulu. Tiket itu tidak akan diberikan, kecuali seseorang sudah memperkenalkan identitas dirinya lewat KTP. Itu menjadi syarat wajib. Setelah semua identitas dan persyaratan terpenuhi, diberikanlah tiket itu kepada orang yang ingin berangkat dan resmilah dia disebut penumpang. Nah, didalam tiket, sudah tertulis pelabuhan yang akan dituju bahkan waktu dan tempat naik atau turun sudah ada. Masing-masing akan naik dan turun sesuai waktu dan pelabuhan yang dituju. Ada yang turun dan naik di Jakarta, di Surabaya, di Makassar, di Bau-Bau, di Ambon, di Ternate, di Banda, di Tual, di Dobo, di Fak-Fak, di Merauke, dan di tempat mana saja dituju. Semua Penumpang turun dari kapal sesuai dengan waktu yang sudah tertulis di dalam tiketnya masing-masing. Artinya, Sudah ada batas waktu naik kapal dan turun Kapal. Begitu juga hidup, sudah ada waktu lahir dan waktu mati. Waktu dan tempat datang dan pergi sangat jelas tertulis didalam tiket. Bahkan penentuan tempat duduk, kabin, dan kasur itu ditentukan oleh pihak pemilik tiket. Itu artinya, takdir di tangan penjual pemilik tiket. Jadi, tiket lahir dan tiket mati Allah yang tentukan semuanya. 

Allah telah menentukan batas waktu hidup dan mati seseorang. Ada yang lahir di jakarta, di surabaya, di Makassar, di Bau-Bau, di Ambon, di Banda, di Tual, dan tempat lain sebagainya yang Allah tentukan. Ada yang umurnya 0 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun dan bahkan lebih dari 100 tahun. Ketika batas hidupnya sampai dia harus naik kapal dunia dan jika waktu hidupnya berakhir dia harus turun ke pelabuhan akhirat yakni kubur. Sesuai tahun, hari, jam, menit, dan detik yang tertera dalam tiket. Jadi, semua orang sudah memiliki tiket pulang dan pergi. Tetapi, semua tiket manusia di pegang oleh Allah swt dan diberikan berdasarkan rahasia Allah swt.

Jika seseorang masih bisa mengundurkan niatnya dari batas waktu dan tempat yang tertulis didalam tiket Kapal Dunia. Maka seseorang tidak bisa mengelak mengundurkan dan memajukan waktu dan tempat kematiannya. Batas waktu yang tertulis dalam tiket yang dijual Allah secara gratis, itu tidak bisa diganti dan di rubah. Apalagi kalau penjaga Kapal Allah sudah tiba, maka tidak ada yang bisa kembali lagi ke Kapal Dunia. Kalau umumnya seseorang bisa berulang kali naik Kapal. Maka kapal yang sudah ditentukan Allah hanya sekali saja di naiki. Nanti kita akan berpindah ke Kapal Abadi. Kapal kesengsaraan dan Kapal kenikmatan. Siapa yang membawa bekal yang buruk, hidupnya sengsara di kapal ke abadaian dan siapa yang membawa bekal terbaik, hidupnya penuh dengan kenikmatan di kapal ke abadaian.Olehnya itu, siapkan bekal yang terbaik. Karena kita berlayar dalam hidup di Kapal Dunia hanya sekali. Jika bekal kita habis di Kapal Dunia, maka di Kapal akhirat kita sengsara karena kelaparan.

Mudik boleh berkali-kali, tapi mudik yang sebenarnya hanya sekali. Maka, pikirkan dan renungkan. Kemana kita hendak pergi, bekal apa yang harus kita bawa. Jika itu sudah diketahui beramallah dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Itu kunci terbaik hidup kita di Kapal Dunia. 

Bagi setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."(QS. Yunus 10: Ayat 49).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun