Mohon tunggu...
Gaya Hidup

apa kalian termasuk salah satunya ?

27 Maret 2017   15:58 Diperbarui: 28 Maret 2017   02:47 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mendidik dan mengajar tidak hanya menjadi tugas seorang guru di sekolah saja, melainkan juga menjadi tugas orang tua di rumah. Seorang anak dikatakan bahagia dan berhasil apabila keduanya bisa seimbang, karena keduanya mempunyai peran yang sangat penting. Anak akan senang belajar apabila di sekolah seperti di rumah dan begitupun sebaliknya. Maksudnya disini seperti, saat anak berada di sekolah mereka merasa nyaman, senang, dan bahagia layaknya di rumah mereka sendiri. 

Dan saat mereka berada dirumah mereka tidak kemudian lepas bebas begitu saja bermain, namun tetap ada unsur belajarnya. Itulah mengapa saya mengatakan keduanya harus seimbang, harus ada yang namanya komunikasi dan konseling antara guru dengan orang tua tentang bagaimana mengajari anak. 

Terkadang ada anak sepulang sekolah yang secara spontan menjelaskan dan menceritakan informasi apapun yang mereka peroleh di sekolah, secara tidak langsung mereka dapat menangkap dan menyimpulkan apa yang di jelaskan oleh guru di sekolah. Hal itu sudah cukup baik, mereka dapat mengutarakan pendapat dan pemikiran yang ada dalam hati dan pikiran mereka.

 Nah, kalau sudah seperti itu, tugas orang tua adalah merespon apa yang di lakukan oleh anak, entah itu dengan perkataaan, sanjungan, pernyataan ataupun dengan yang lainnya yang dapat membuat anak merasa bahwa dirinya di perhatikan, di perdulikan. Dengan begitu anak akan lebih semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah. Jika sudah seperti itu, orang tua harus bangga telah mempunyai anak yang cerdas dan pintar karena tidak semua anak seperti itu.

Namun, tidak semua orang tua dapat mengerti hal-hal yang mampu membakar semangat dalam diri anak untuk tetap semangat belajar. Tidak semua orang tua mau terlibat dalam proses belajar anak, orang tua hanya ingin melihat (hasil) anak mereka pintar dan cerdas. Bahkan tidak sedikit orang tua yang menganggap sepele hal-hal kecil yang justru itu membawa dampak negatif dan dapat membuat anak sakit hati.

 Saya pernah mendengar ada 10 hal negatif yang dapat membuat hancur hati seorang anak. Yang pertama adalah Caci Maki. Mungkin bukan menjadi hal yang aneh lagi hal semacam ini, namun hal semacam ini harus sudah di tinggalkan, karena akan berakibat pada emosi dan jiwa anak. Sebaiknya saat para orang tua sedang mempunyai masalah ataupun sedang marah, maka menjauhlah dari anak. 

Jangan biarkan anak sebagai pelampiasan. Yang kedua adalah Menghina Anak di Depan Teman-temanya. Misalnya dengan mengatakan “saya heran, mengapa saya bisa mempunyai anak sepertimu”. Terkadang ada orang tua yang bahkan berbicara seperti itu, apalagi itu di depan teman-temannya, mungkin anak terlihat tegar di luar dan tidak melakukan reaksi apa-apa. Namun, dalam hati mereka memendam sesuatu yang akan berdampak pada perkembangan anak. Mereka akan susah untuk di arahkan, karena orang tua secara tidak sengaja telah menhancurkan hatinya terlebih dahulu.

Yang ketiga yaitu Membandingkan Anak dengan Orang lain atau Saudaranya sendiri. Tindakan seperti ini kerap dilakukan dan kerap kita jumpai dimanapun, tujuannya tidak lain agar anak bisa lebih baik, namun kenyataannya hal itu membuat anak justru benci kepada orang yang yang di bandingkan dengannya. Sekarang posisikan diri kita sendiri sebagai anak tersebut, apa yang terjadi? orang dewasa saja tidak suka di banding-bandingkan, begitu pula dengan anak kecil. 

Yang keempat yaitu Cinta dengan Syarat. Banyak dari orang tua yang mengatakan “ibu sayang kamu kalau kamu rajin sholat, mau membaca, mau belajar, dll”. Cinta ya cinta saja, tidak perlu mengajukan syarat karena itu sudah menjadi tugas orang tua pada anak, untuk memberikan cinta serta kasih sayangnya kepada buah hatinya. Yang kelima yaitu Menyampaikan Informasi yang Salah kepada Anak. Maksudnya seperti “anak laki-laki tidak boleh menangis, tidak boleh cengeng”. 

Seharusnya biarkan saja mereka menangis, memang hanya wanita saja yang boleh menangis. Apa ada batasannya ? menangis merupakan jalan sekaligus cara yang ampuh untuk meluapkan sesuatu ketika seseorang sudah tidak kuasa menahan beban yang ada dalam pikiran dan hati mereka, maka jika anak dilarang menangis justru akan membuat mereka sakit jiwa dan tertekan karena tidak bisa mengekspresikan perasaan sedih mereka. Yang keenam yaitu Selalu Memberikan Ancaman. 

Seperti ketika anak sedang makan, dan mereka sudah kenyang orang tua biasa mengatakan “ayo di habiskan makanannya, kalau tidak nanti makanannya di makan setan lho”. Memang maksud orang tua baik, agar makanan mereka habis tetapi itu justru akan mengganggu pikiran anak, karena anak akan takut dan menghayal yang tidak-tidak. Itu akan mengganggu kondisi psikologi anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun