Mohon tunggu...
Sosbud

Dampak Buruk Perceraian

26 September 2018   20:00 Diperbarui: 26 September 2018   20:04 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecanggihan alat komunikasi seharusnya digunakan untuk mendekatkan seseorang yang jauh, namun pada kenyataannya justru sebaliknya. Kecanggihan alat komunikasi justru menjadi salah satu pemicu keretakan rumahtangga. Hal ini terbukti bahwa angka perceraian yang ada di Indonesia meningkat setiap tahunnya, dilansir dalam salah satu berita bahwa perceraian itu di dominasi oleh usia pernikahan dibawah 5 tahun. 

Dalam salah satu berita menyebutkan ada seorang psikolog yang mengatakan bahwa "angka perceraian meningkat 15-20 persen. Alasan utama perceraian yang pertama adalah ketidakharmonisan dalam rumahtangga yang pemicunya berasal dari gadget". 

Hal ini tentu erat kaitannya dengan penggunaan media sosial dimana banyak pasangan muda yang mengumbar foto-foto mesra mereka di medsos yang membuat pasangan lain yang melihat di medsos iri dan mulai berekspektasi bahwa hubungan mereka menuntut pasangan harus seperti itu namun pada kenyataannya justru berbanding terbalik dan justru hal itu menimbulkan permasalahan sekaligus konflik dalam rumahtangga. namun dalam hal ini saya tidak membahas tentang kecanggihan alat komunikasinya tetapi lebih kepada permasalahan yang membuat keutuhan rumahtangga mejadi rusak. 

Dalam suatu berita menyebutkan bahwa penyebab permasalahan dalam rumahtangga yang pertama adalah kurangnya nafkah lahir batin, disebutkan juga dalam hal ini bahwa hasil studi oleh The American Sosiological Review yang menyatakan bahwa suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap memiliki resiko cerai 3,3% dibanding suami yang memiliki pekerjaan tetap yang memiliki resiko 2,5%.

 Tren usia menikah muda juga turut andil dalam meningkatnya angka perceraian, menurut psikolog dalam berita tersebut juga menjelaskan bahwa salah satu penyebab perceraian yakni adanya ketidaksesuaian pola komunikasi dan belum diolah secara matang, emosinya sudah langsung meledak. 

Menurutnya bahwa pasangan muda belum matang secara psikologis dan kondisi finansialnya belum stabil sehingga rentan dengan konflik. Hal ini mungkin dikarenakan salah persepsi pada sebagian besar pasangan muda dimana mereka mempersepsikan pernikahan sama dengan pacaran, yang kemudian ketika terjadi suatu konflik dan merasa tidak memiliki kecocokan mereka bisa dengan mudah putus. 

Perbedaan usia yang terlalu jauh juga dapat berpengaruh dalam tingginya angka perceraian berdasarkan studi yang diterbitkan pada 2015 di jurnal Economic Inquiry bahwa semakin jauh perbedaan usia seseorang maka semakin besar pula kecenderungan untuk bercerai. 

Selain faktor-faktor tersebut, kehadiran pihak ketiga juga menjadi pemicu perceraian. Perselingkuhan umum terjadi dikarenakan ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, entah itu perhatian, uang, atau pemenuhan kebutuhan lainnya. perceraian menjadi jalan keluar ketika salah satu dari mereka (suami atau istri) yang memiliki masalah tidak kunjung menyelesaikan masalah dengan pasangannya dan pihak yang bermasalah (mempunyai masalah) lantas memutuskan untuk mencari penyelesaian diluar rumah lalu menemukan sosok yang dianggap lebih baik dari pasangannya akhirnya terjadilah perselingkuhan. 

Masalah rumahtangga yang terjadi tidak cukup sampai disitu (perceraian) saja, namun ada dampak yang sangat luar biasa di belakangnya, terutama bagi anak. dampak yang ditimbulkan pada anak dapat berbeda-beda tergantung dengan usia dan karakter anak saat terjadinya perceraian. 

Dampak yang ditimbulkan antara lain seperti kondisi psikologisnya terganggu, mengalami kemunduran dalam belajar, memiliki masalah dalam bersosialisasi, merasa rendah diri atau bahkan mengasingkan diri dari lingkungannya. 

Hal yang harus dilakukan oleh orangtua yang mendapatkan hak asuh anak adalah dengan memberikan penjelasan kepada anak bahwa keluarganya tidak utuh lagi begitu juga dengan alasannya meskipun tidak harus di ceritakan seluruhnya. Berikan pemahaman pada anak bahwa sekalipun sudah tidak utuh lagi anak tetap mendapatkan kasih sayang keduanya. jangan menjauhkan anak dari lingkungannya, misalnya dengan memindahkan sekolah anak karena dengan begitu akan membuat anak beradaptasi dengan lingkungan barunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun