Telah menjadi kemafhuman yang disepakati, hari libur adalah hari bebas bermain hape. Itu yang saya rasakan ketika bertandang ke beberapa tempat.Â
Kerumunan anak-anak dengan gawai di tangan mendominasi aktivitas mereka. Tak ada kegaduhan sedikit pun, senyap tanpa suara meski lebih dari 5 anak berkumpul berdekatan. Fokus pada benda yang ditatap, kalau bukan main game online kebanyakan dari mereka ya nonton YouTube, TikTok atau yang lain.
Dua bola mata yang dimiliki tertuju hanya pada benda layar handphone. Tak ada tawa canda ceria khas anak-anak, apalagi kegaduhan cengkerama. Komunikasi hanya satu arah dengan benda di tangannya saja, bukan interaksi komunikasi dengan kawan sedudukan.
Itulah hari libur yang sering saya lihat di berbagai belahan tempat daerah manapun di Indonesia.
"Mumpung libur, jadi saya Wi-fian bu,"Â jawab salah satu ketika saya tanya tentang aktivitas panjang mereka di Wi-Fi corner balai desa.
"Sama bapak saya hanya boleh pegang hape hanya ketika liburan tiba."
Betah berjam-jam kalau sudah demikian, duduk, kobsensentrasi menatap layar. Abai pada kesehatan mata, lupa bahwa salah posisi duduk bisa mengakibatkan skoliosis, permasalahan pada tulang belakang.
Seperrti dilansir dari Alodokter.com 5 Agu 2019 bahwa, "perlu diingat bahwa terlalu lama duduk, terlebih jika duduk dalam posisi yang salah, dapat meningkatkan risiko kaki menjadi kaku dan lemah, sakit punggung dan pinggul, bahu dan leher menjadi kaku, saraf terjepit, obesitas, varises, penyakit jantung, diabetes, hingga depresi."
Waduh bisa banyak akibat yang ditimbulkan hanya dari aktivitas duduk lama saja. Belum pengaruh terhadap mata dan syaraf otak, pasti ada juga nih. Kan yang aktif area kepala.
Ngeri membayangkan banyak dampak buruk akibat bergawai lama saat liburan, saya menemukan alternatif kegiatan pengalihan. Agar tidak membudayakan permissive gawai saja saat liburan tetapi memberi aktivitas menyenangkan pada anak agar lupa, tak lagi ingin menyentuh gawai.