Menjadi apa ketika dewasa"sudah jadi orang" nanti sebetulnya telah ada dalam rencana. Seperti cita-cita. Sekolah dokter ingin jadi dokter, sekolah guru ingin jadi guru, begitu seterusnya.
Ada yang tercapai keinginan ada yang tidak. Tergantung jalan hidup masing-masing. Itu yang saya dapati setelah berbincang panjang dan mengikuti sepak terjang seorang istri kades. Pernah mengenyam pendidikan sebagai guru mestinya dia menjadi seorang guru.
Namun perjalanan hidup berkata lain. Dia bukan seorang guru kini, melainkan istri kades sebuah desa di kecamatan Kraton, Sidogiri namanya.
Sebuah desa di kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jatim. Desa yang terkenal karena memiliki pesantren besar. Dihuni oleh 25.000 orang di lingkungannya. Lebih besar kira kira 6 kali lipat dari penduduk asli desa Sidogiri.
Mestinya, keberadaan pesantren itu membawa pengaruh baik bagi kemakmuran warga sekitar. Terutama untuk geliat prekonomian, banyak sektor yang bisa terimbas oleh kehadiran pesantren itu. Tenaga kerja, lahan parkir, perdagangan di sekitar pesantren, pasokan kebutuhan untuk santri, dan seterusnya.
Ada santri, ada pengasuh, pengajar juga keluarga penghuni. Ada alumni juga wali santri yang kerap mengunjungi. Mereka adalah aset, sasaran pemasaran dari sebuah produk. Baik barang maupun jasa.
Itulah yang berlaku selama bertahun lamanya. Penduduk Sidogiri ngalab berkah dari hadirnya pesantren itu. Hingga pandemi covid-19 muncul. Memorak morandakan banyak sektor kehidupan, terutama perekonomian. Termasuk pada warga di desa Sidogiri.
Untuk keadaan inilah istri kades yang ternyata kakak kelas semasa PGA, Pendidikan Guru Agama jaman akhir 80 an dulu giat melecut tumbuhnya UMKM warganya. Mencari terobosan baru agar tidak tergantung pada kehadiran pesantren. Yang kini dalam posisi lockdown. Kawasan terlarang bagi orang luar pesantren masuk.
Dia, yang mendampingi suami sebagai kades sejak awal 2020 ini memimpikan betul warganya sejahtera. Dari semula jarang bersentuhan dengan orang hidup, kini harus terus berhubungan.
Ya, dulu sebelum menjadi istri kades, dia adalah istri modin, pemangku agama di desa. Karena mendampingi itulah dia juga harus bisa menjalankan tugas dan fungsi jabatan suami. Mengurus orang mati salah satunya. Terutama menyiapkan keperluan jenazah hingga akan diantar ke tanah kuburan.
Mereka yang menggantungkan hidup dari keberadaan pesantren dan collapse kini diajaknya bangkit lagi. Menghidupkan yang pernah hidup. Pun menghidupkan yang ingin hidup. Itu tujuan langkahnya kini.