Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Salah, Novelis Ini Mampu Meraup Jutaan Rupiah dari Penerbit "Indie"

16 Juli 2020   07:36 Diperbarui: 16 Juli 2020   17:39 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hai Kompasianer yang demen nulis buku. Masih terpesona sama penerbit mayor? Boleh sih dan sangat wajar punya pikiran begitu. Secara diterbitkan mayor itu berasa berjalan di atas karpet merah. Kayak selebriti di bidang penulisan. Tapi apakah dari sisi keuntungan finansial terbit di mayor lebih menguntungkan di banding terbit indie?

Tidak juga, pada tulisan lain saya akan paparkan berapa keuntungan finansial yang bisa didapat bila kita terbit di mayor maupun indie.

Yang akan saya bahas kali ini adalah teman saya. Novelis Surabaya, Novie Purwanti. Karyanya sering dipinang penerbit indie. Ditangani dari penerbitan hingga penjualan. Laku tidak sampai ratusan buku, apalagi ribuan seperti yang biasa disaratkan penerbit mayor. Tapi dia mampu mendulang royalty penjualan hampir 2 juta rupiah hanya untuk 70 eksemplar novel yang dia rilis.

Itu diceritakan pada saya kemarin malam dalam sebuah perbincangan jarak jauh tentang asiknya dipinang penerbit indie. Tidak ribet, asal naskah banyak peminat, tulisan kita sudah dikenal orang, secara kualitas layak baca, maka sang penerbit bersedia menangani penerbitan itu. Free, dibiayai penuh penerbit. Penulis tinggal terima royalty saja.

Saya mengenalnya akhir 2018 lalu. Terlibat bersama dalam proyek buku antologi debut saya sebagai penulis buku. Salikah dan Asmara di Negeri Somplak, hasil nulis bareng semacam serial di platform menulis seperti Kompasiana ini juga, tapi sudah collapse.  Plukme.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Dalam project itu dialah yang mengarahkan kami untuk menerbitkan buku tanpa biaya, secara ada namanya yang pernah menjadi best seller. Hanya membayar biaya sesuai pesanan cetak saja. Tanpa biaya awal untuk design cover, layout dan pengurusan isbn.

Lumayan, hemat sekitar Rp.300.000 an. Buku laku keras. Ada selisih harga untuk penulis, ada royalty pula. Penawaran ini diberikan dalam berbagai pilihan. Beli putus, semua ditangani penulis atau dengan sistem royalty, semua keuangan ditangani penerbit. Tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Saya pilih sistem royalty karena belum berpengalaman menangani pemasaran buku. Hasilnya, waw ternyata bisa punya penghasilan pula dari penjualan buku. Hal itu tentu saja surprise buat saya yang debutan.

Jadi makin semangat menulis ini. Meskipun nilai royalty yang diberikan tidak banyak, hanya sekitar 10 persen dari harga penjualan tetapi mendapatkan uang dari buku yang kita tulis itu rasanya sesuatu banget. Laiknya pengantin baru, senyum terus.

Selanjutnya, untuk terbit indie saya suka beli putus karena sudah tahu pangsa pasarnya. Itu kalau saya biaya mandiri, kalau naskah dipinang saya juga suka dibeli putus juga, setelah menerima honor menulis selesai sudah. Tidak ada hubungan lagi dengan penerbit.

Ini berbeda dengan yang dilakukan mbak Novie, dia suka royalty. Anggap nabung katanya. Maka naskah yang dia terbitkan secara indie pun dia pakai MOU persentase laba. Menerima laba untuk buku yang laku setelah rentang sekian waktu, atau target oplag tertentu.

Hitung punya hitung, untuk novel terakhirnya yang berjudul Shirah kemarin total dia bisa meraup royalty 1.600.000 dari hanya 70 eksemplar saja yang laku. Hanya dalam tempo satu bulan sesudah terbit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun