Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatanku tentang Toleransi

11 Desember 2018   08:08 Diperbarui: 11 Desember 2018   11:49 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dini hari mata ini terbuka, lebar byar tak bisa lagi kompromi ingin melanjutkan mimpi , padahal saat itu aku sedang sangat ingin bertemu pujaan walau hanya dalam impian, tubuh yang terbiasa bangun lewat tengah malam ini terkondisikan, jadilah kebiasaan rutinan kulakukan. Menghabiskan sepertiga malam hingga jelang fajar,  baru menatap dunia luar, berjuang melibas keras kehidupan, mencari uang.


Bertahun aku berteman jalanan sebagai penjaja makanan, bertemu banyak orang, menjalin hubungan dengan ragam pelanggan, dari berbagai usia, latar belakang, komunitas, hingga keyakinan. 

Tak pernah memilih aku saat menawarkan, asal mereka memanggilku, atau datang padaku kusambut dengan senyuman, memberikan kehangatan, semata bukan agar daganganku laku, tapi lebih kepada tawaran persaudaraan, kesepian ini, sedikit berkurang manakala ada yang sedia kuajak berbincang-bincang.


Kutengok gawai dini hari lepas dari kamar mandi, ada chat mengingatkan, saat itu 16 November adalah Tollerance day, hari toleransi sedunia. Membuatku menatap chat itu agak lama, membaca, menekuri maknanya. Aku bukanlah orang yang mudah terseret ikut peringatan hari harian, bahkan ulang tahun saja sering kuabaikan, tapi kali ini ingatanku berputar, toleransi, apa yang telah kulakukan?


Guru PMP, Pendidikan Moral Pancasila yang sekarang berganti pelajaran PPKn Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, jaman aku masih Sekolah Dasar, muncul kembali dalam ingatan, pengertianku tentang toleransi berawal saat usiaku masih anak anak.

 Kita harus menghormati semua manusia, apapun keyakinannya, tak boleh mengusik bila mereka sedang menjalankan ibadah keagamaannya, jangan meledek ritual keyakinannya, karena mereka sama seperti kita, punya rasa, siapakah yang mau dicela? Menghormati pemeluk agama yang berbeda, itu poin yang kupahami waktu itu.


Pergeseran waktu menjadikan pemahamanku akan arti toleransi makin luas, lakum diinukum waliyadiin. Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Aku makin tahu dimana posisiku bila bertemu dengan yang berbeda agama, asal aku tak mengusik rasa keyakinan, maka hubungan mu amalah, horizontal manusia dengan manusia kujalankan. Bahkan mereka menghormati keyakinanku pula, mempersilahkan aku menjalankan ibadahku saat sedang menghabiskan waktu bersama mereka.


" Untuk ibu sudah saya siapkan ruang sholat dan istirahat, silahkan dipakai kapan saja ibu bertandang ke rumah kami, tidak ada anjing, jadi ibu tidak perlu khawatir terhadap kesucian tempat yang kami sediakan."


Begitu perlakuan salah satu kolegaku ketika aku masih aktif di MLM dahulu. Sebagai salah satu leader, hubunganku dengan mereka yang beda keyakinan tak bisa kuhindarkan, menjaga harmoni wajib kukedepankan, agar tercipta kedamaian. Mereka menghormati bila kita juga tidak menunjukkan sikap antipati, bahkan dukungan terhadap waktu-waktu khusus yang kumiliki, saat aku harus bercengkrama dengan pemilikku, dengan Tuhan,  mereka berikan, difasilitasi.


Toleransi ini begitu dalamnya terpatri, aku  berdakwah itu betul, tapi yang kutonjolkan adalah ukhuwah, hubungan persaudaraan atas dasar cinta sesama manusia, laa iqrooha fiddin, tidak ada paksaan dalam agama, karena ini murni masalah hidayah, bila petunjuk Tuhan belum menyentuh hati mereka, bagaimana bisa aku memaksa mereka merubah keyakinannya?

 Biarlah itu menjadi hak Tuhan saja. Manusia ini menurutku usah memaksakan keyakinan, cukuplah mengajak, jangan berseteru apalagi saling injak. Kecuali dalam keadaan perang, di medan pertempuran. Aku siap di garda terdepan, menyerahkan tubuh dan nyawa ini untuk Tuhan. Syahid itulah tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun