Terima kasih kompasiana. Mengapa aku berterima kasih kepada kompasiana? Ada cerita sedikit berarti antara aku dan kompasiana beberapa waktu lalu sejak pertama saya bergabung menulis di blog keroyokan ini pada akhir tahun 2009 lalu.
Dan saya mungkin tidak perlu bercerita detail tentang aku dan kompasiana. Yang jelas hanya aku Dan Tuhan saja yang tahu. Mungkin pembaca dan kompasiner lain penasaran dengan cerita pengalaman ku dan kompasiana.
Begini, sejak 2009 aku sudah menulis di dashboard ini, karena aku suka kompasiana yang cerdas dan sehat. Jadi, setiap manusia sehat jiwa dan raganya pasti betah menulis di sini hingga kompasiana digelari "Rumah Sehat" saat itu sampai selamanya (amin).
Dan masih saya ingat salah satu penulis kaliber saat itu yakni semacam Linda Djalil, wartawati Majalah Tempo era pak Harto.
Oh ya, saya tadi sempat menulis judul "Sholat dan Kompasiana". Itu artinya, gara-gara menulis rajin banget di kompasiana, saya sempat di.....anu pembaca dan saya memasrahkan semuanya kepada Tuhan ku dengan cara melakukan sholat lima waktu yang sebelumnya saya meremehkan sholat.Â
Dan akhirnya saya semakin bisa menikmati ibadah sholat lima waktu, sehingga muncul di benak dan hati saya bahwa sholat adalah upaya manusia "membayar pajak" kepada Tuhan Allah SWT karena manusia di muka bumi ini selalu memperoleh segala nya serba gratis dari Allah SWT.