Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Content Writer

💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan yang Menguras Energi: Kapan Kita Perlu Cut-off, Kapan Cukup Cut-distance?

19 Juni 2025   19:51 Diperbarui: 19 Juni 2025   19:51 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Manusia memang tempatnya khilaf dan salah, namun apakah sebuah kesalahan bisa membuat semua orang belajar memperbaiki diri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama? Belum tentu, karena tidak semua orang berani tegas, bahkan terhadap dirinya sendiri untuk mengakui dirinya bersalah. Mungkin dari beberapa kejadian, seringkali kita akan buru-buru untuk melakukan cut-off terhadap orang tersebut, yang mungkin di pandangan orang lain yang tidak mengerti konteks permasalahan akan beranggapan bahwa orang yang menjadi korban itu dianggap terlalu egois dan berlebihan, karena tidak lagi mau berkomunikasi, bahkan sampai benar-benar memutuskan akses orang yang melakukan kesalahan terhadap dirinya, untuk benar-benar totalitas tidak ada dalam kehidupan orang tersebut.

Apakah sikap orang yang akhirnya cut-off orang lain, karena masalah yang mungkin bagi sebagian orang lain adalah sepele, tapi bagi orang tersebut tidak, justru orang tersebut egois? Untuk itu mungkin kita perlu telaah lebih jauh, karena saya yakin bahwa untuk hal-hal sepele yang juga akhirnya diulang-ulang kesalahannya, itu juga akhirnya membuat yang memberikan kesempatan juga merasa tidak dihargai dan dihormati. Nah, dari hal ini, apakah semua hal yang menyakitkan di dunia ini harus buru-buru kita cut-off atau hanya sekedar cukup perlu kita cut-distance saja? Baiklah, di sini kita perlu tahu terlebih dahulu juga, untuk membedakan antara, apa itu cut-off dan apa itu cut-distance?

Jadi, cut-off sendiri adalah keadaan di mana kita benar-benar memutuskan hubungan secara total kepada orang lain, contohnya seperti kita melakukan pemblokiran kontak, berhenti mengikuti media sosial orang tersebut, menghindari pertemuan, dan tidak mau ada komunikasi dalam bentuk apapun. Sebenarnya, cut-off ini adalah satu-satunya langkah terakhir yang bisa dilakukan, jika orang yang melakukan kesalahan ini tidak benar-benar mau berubah. Sedangkan, cut-distance ini adalah tindakan di mana seseorang hanya mengurangi intensitas atau frekuensi interaksi, menetapkan batasan yang jelas, dan membatasi topik pembicaraan tertentu tanpa melakukan pemutusan hubungan secara penuh, contohnya, seperti ketika kita mulai lama untuk membalas pesan orang tersebut, tidak mau membahas persoalan pribadi, dan membatasi waktu bertemu. 

Jadi, di sini bisa terlihat jelas bahwa perbedaan utama dari cut-off dan cut-distance ini adalah bahwa cut-off itu kondisi di mana, kita benar-benar menutup dan mengunci pintu sepenuhnya, atau istilahnya kita harus benar-benar pindah rumah, jauh-jauh dari sesuatu yang berbahaya, sedangkan cut-distance ini adalah kondisi di mana, kita tetap membuka pintu, tapi hanya sedikit dan juga membatasi siapa saja yang boleh masuk dan berapa lama mereka boleh tinggal agar interaksi yang terjadi antara kamu dan orang tersebut itu tidak merugikan diri sendiri.

Nah, tentunya kan, selama ini mungkin kita akan cepat sekali bereaksi sampai bisa langsung meng-cut-off orang-orang yang menyakiti diri kita, yang ternyata itu kadang-kadang jadi kebiasaan yang kurang baik dengan catatan, ketika memang kita tidak juga memberikan pemahaman kepada orang lain bahwa perlakuan mereka itu sudah melewati batas, tapi memang itu tadi, tidak semua orang tahu terhadap batasan. Jadi, sebaiknya kapan pilihan meng-cut-off itu jadi pilihan yang terbaik? Cut-off bisa jadi pilihan yang terbaik, ketika apa yang terjadi benar-benar sangat mengganggu kesehatan mental dan emosional diri sendiri. Contohnya, seperti:

1. Ketika kita merasa bahwa hubungan yang sedang kita jalani itu sangat membahayakan dan termasuk dalam toxic yang benar-benar akut. 

2. Ketika kita mulai menerima perlakuan kekerasan baik secara fisik, verbal, dan emosional, yang tentunya ini menjadi batas merah yang jelas.

3. Ketika mereka mulai melakukan manipulasi dan gaslighting bahwa mereka berusaha untuk terus-menerus meragukan diri kita, karena kadang-kadang dengan kata maaf, mereka menganggap kita mudah untuk termanipulasi kembali untuk menerima mereka.

4. Ketika diri kita dieksploitasi berulang kali, yang artinya bahwa kita terus-menerus dimanfaatkan, baik secara finansial, emosional, atau hal lainnya sebagai timbal balik yang akan menguntungkan diri mereka.

5. Ketika keadaan dan kondisinya memang sangat merusak kesehatan mental secara serius, jika kamu terus-menerus berinteraksi dengan orang tersebut secara konsisten, sehingga itu dapat memicu kecemasan parah, depresi, atau hal-hal ekstrem lainnya. 

Nah, dari sini bisa kita lihat bahwa memang hal-hal yang saya jelaskan di atas itu adalah sekiranya pilihan, kapan waktunya kita bisa meng-cut-off yakni ketika memang keadaan diri kita itu sudah mengalami hal-hal yang sangat merugikan diri sendiri dan satu-satunya hal yang harus kita lakukan adalah menyelamatkan diri sendiri untuk meng-cut-off orang tersebut. Dengan demikian, bahwa memang tanda-tanda yang saya jelaskan di atas itu terlihat bahwa kadang cut-distance itu tidak cukup, karena di beberapa kasus, bahkan ketika sudah menjaga jarak itu tidak efektif dan bahkan bisa memperpanjang penderitaan diri kita, sehingga jangan sampai hanya gara-gara orang lain tidak bisa menghargai batasan, mereka dengan semena-mena dan sesuka hatinya, terus-menerus mencoba melewati batasan, sehingga kehadiran kita dianggap hal yang sepele dan bagian yang merugikan adalah semua hal dari diri kita akhirnya berantakan dan rusak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun