Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Jangan Terburu-buru, Jangan Lihat Kanan-Kiri

21 Maret 2022   22:52 Diperbarui: 21 Maret 2022   23:08 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Selama belasan tahun bolak balik Jakarta- Bekasi saya sudah mencoba banyak moda transportasi. Bus, kereta, sepeda motor, mobil. Hanya sepeda dan LRT (belum beroperasi) yang belum pernah saya coba.

Dalam perjalanan menggunakan berbagai mode tersebut wajah Bekasi dan Jakarta terus berubah. Jalan semakin lebar, ada penambahan jalan tol, layanan KRL yang semakin berubah, bus dengan model yang berbeda-beda, kedai-kedai kopi yang baru, arena tongkrongan yang beragam, mal-mal baru yang berdiri megah, kendaraan yang semakin padat dan tumpah ruah, dan pandemi yang sempat menyetop itu semua.

Selama masa pandemi saya belum pernah lagi naik transportasi publik menuju kantor. Sebelum pandemi saya lagi kesemsem naik bus. Saya pernah coba naik transjakarta, bus mayasaribakti baik yang hijau maupun yang biru, PPD biru, sampai bus Kemang Pratama. Akhirnya Bus Kemang Pratama menjadi favorit. 

Bus ini kebanyakan berisi para pekerja di SCBD yang modis-modis dan bergaji tinggi itu. Ya saya memang bertetangga dengan SCBD yang sepelemparan batu itu. Meski dari segi gaya berpakaian ya jauh banget. Saya sering amat-amati, mereka begitu modis dari pakaian hingga sepatu dan tas. Oya juga id card holdernya juga begitu menawan, pasti berharga mahal. 

Sementara id card yang saya miliki hanya ditopang id holder seharga 5.000 rupiah yang  dibeli di luar Stasiun Sudirman. Sungguh bagai langit dan bumi. Namun saya sangat menikmati naik bus Kemang Pratama ini. Bersih, AC dingin, dan selalu duduk. 

Tapi ternyata lagi senang-senangnya naik bus pandemi datang. Akhirnya saya lebih banyak bekerja dari rumah.

Ketika sesekali mulai masuk. Saya kembali lebih banyak menggunakan motor jika harus ke kantor. Menggunakan motor selalu lebih praktis, efisien dan murah. 

Saya juga merasa, lebih banyak momen kontemplatif ketika membawa motor. Ada ruang di mana saya bisa berdialog dengan diri sendiri. Jika naik bus saya pasti tidur. Jika naik KRL saya pasti mengamat-amati orang. 

Ketika membawa motor lah saya banyak merenung soal hal-hal yang eksistensial tentang diri dan hidup. Ketika naik motor juga saya jadi lebih menghayati soal ketidaktergesaan. Jangan buru-buru jika ingin selamat. Harus tahu kapan gaspol, meliuk, atau bersantai-santai. Kadang saya merasa terburu-buru juga sering tak ada guna. 

Seringkali saya berbarengan dengan motor yang sat-set-sat-set tapi akhirnya ketemu juga di lampu merah, bersamaan lagi deh. Jadi tak usah buru-buru. Fokus saja pada cara mengendarai yang aman agar sampai di tempat tujuan dengan selamat. Jangan terlalu melihat kanan kiri jika ingin selamat. 

Melaju saja secukupnya. Tidak usah grasa-grusu. Toh tujuannya untuk sampai. Bisa ke kantor, kemudian kembali ke rumah dengan selamat lahir dan bantin tanpa kekurangan apapun. jangan iri Melihat kendaraan yang lebih mahal dari mata yang kita kendarai. Bisa jadi yang mahal-mahal itu minjam atau masih dicicil 5 tahun. Padahal motor atau mobil yang kita kendarai sudah lunas. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun