Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Sibuk Menghitung Kebahagiaan Orang Lain

22 Maret 2019   07:17 Diperbarui: 23 Maret 2019   13:27 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Yang menyulitkan hidup adalah rasa kesal kita keadaan setiap orang karena mereka bahagia.

Adakah orang macam ini? Banyak. Mereka kesal dengan apapun kebahagiaan yang menghampiri orang lain. Sibuk menghitung pencapaian orang lain. Repot melihat orang lain senang. Duh, orang-orang macam ini hidupnya pasti sulit.

Apakah orang-orang ini tidak berkecukupan? Jelas. Ia tidak pernah cukup dengan dirinya. Ini bukan soal kaya atau miskin. Bukan soal pintar atau bodoh. Bukan. Ini soal sikap mental.

Hidupnya penuh, tapi dengan prasangka buruk kepada orang lain. Bukan penuh oleh kebahagiaan. 

Dan sibuk pula mengajak orang lain untuk berprasangka buruk. Mencari kawanan yang bisa mereka cari untuk memburukan orang lain.

Larut dalam cemoohan untuk orang lain itu melelahkan. Tapi bagi mereka, itu biasa saja. Padahal, sikap sedemikian hanya membuang-buang waktu, percuma.

Tandanya apa? Jika ada temanmu memiliki kesenangan dan kau tak senang itu tandanya ada ciri kau ada tanda-tanda penyakit ini. Hati-hati.

Jika kita tidak bisa mengapresiasi pencapaian orang di sekeliling kita maka waspadalah. Bila nyinyir mulai muncul. Duh, elinglah.

Sifat-sifat itu akan meresap pelan-pelan. Dan tiba-tiba hidup kesal terus. Karena kita bukan sibuk mencari kehidupan yang lebih baik tapi sibuk menghitung kebahagiaan orang lain. Nelangsa sekali jika sudah terjerembab pada perasaan ini.

Bayangkan jika tetangga kita tiap weekend pergi ke mall, kita kesal. Tetangga berlibur ke luar negeri, kesal. Tetangga renovasi rumah, sebal. Kasian sekali hidup yang sempit seperti ini.

Cobalah hal-hal kecil ini. Ketika ada kebahagiaan menghampiri temanmu, maka jadilah yang terdepan memberi selamat. Wow kamu keren. Wah daebak. Wah selamat ya, bangga. Lakukan itu dengan setulus hati. Dengan hati lapang. Dan sering-seringlah. Mudahkah? Jika tak terbiasa tentu tak mudah. Tapi lakukan terus. Dengan senyum yang sumringah, sapaan sebaik-baiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun