Mohon tunggu...
Anggi Melyani
Anggi Melyani Mohon Tunggu... Lainnya - Portofolio

Mahasiswa Aktif Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Efektifkah Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi Covid-19? Guru MI dan MTs Unwanul Khairiyyah Depok: Ada Keuntungan nya dan Ada Ruginya

12 November 2020   08:22 Diperbarui: 29 September 2022   22:07 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Depok - Di penghujung tahun 2019 muncul virus bernama covid-19 yang pertama kali disebarkan dari Wuhan, Cina. Akibat merebak nya virus ini di kota Wuhan pemerintah Cina mengeluarkan kebijakan lockdown untuk Wuhan dan kota di Cina lainnya. Tetapi sangat disayangkan virus ini dengan cepat menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri pada awal kemunculan nya kian hari kian bertambah banyak kasus positif Covid-19. Pemerintah pun mengeluarkan kebijakan WFH dan PSBB sebagai langkah memutus tali rantai persebaran virus covid-19. Hingga awal bulan oktober lalu PSSB Jilid II masih diberlakukan di DKI Jakarta.

Pemberlakuan WFH dan PSSB di Indonesia membuat semua kegiatan di rumahkan. Pandemi ini juga memaksa semua sektor harus menerapkan daringisasi. Dari sektor industri hingga sektor pendidikan. Di sektor pendidikan misalnya, seluruh kampus dan sekolahan di Indonesia harus mempersiapkan segala sesuatunya yang akan menunjang pembelajaran jarak jauh ini. Mulai dari SDM (pengajar dan siswa/mahasiswa) nya sampai ke media pendukung pembelajaran.

Sayangnya ketidakmeratan infrastruktur dan ekonomi di Indonesia menyebabkan munculnya hambatan-hambatan dalam pembelajaran jarak jauh atau daring ini. Hamabatan yang sering ditemui beberapa bulan terakhir dalam pelaksaan Pembelajaran Jarak Jauh ini adalah kuota internet dan perangkat (ponsel) yang belum semua pelajar di Indonesia dapat menikmati fasilitas tersebut dengan mudah. Belum lagi masalah psikologis anak selama menerapkan #dirumahaja pun menjadi salah satu fokus utama pemerintah saat ini. Mengutip dari laman suarajawatengah.id, seorang pelajar SMP Purnani harus hijrah dari kampungnya ke kampung yang lain untuk mendapatkan sinyal internet agar dapat mengakses Whatsapp grup nya. Ia menuturkan bahwa perjalanannya untuk sampai ke tempat tersebut ia harus melalui jalan setapak terdiri dari lebih 1.000 anak tangga di tepi jurang menjadi akses utama dan hanya jalan itulah yang satu-satunya dilalui Purnani yang sejak ia lahir dan tinggal di tempat tersebut.

Lain halnya yang terjadi pada siswa di SMP Tarakan, ia nekat mengakhiri hidupnya karena menurut orang tua korban, ia stress dengan tugas-tugas yang diberikan guru. Dikutip dari laman republika.com Menurut orang tua korban, siswa tersebut tidak mengerjakan tugas bukan karena malas. Namun, Retno melanjutkan, korban merasa kesulitan mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Sementara itu, orang tua korban tidak bisa banyak membantu terkait pengerjaan tugas tersebut. Melansir dari republika.com Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) juga mendorong pihak sekolah mengurangi beban psikologis peserta didik khususnya dalam hal pengumpulan tugas selama PJJ. Sekolah jangan sampai memaksa seorang siswa mengumpulkan tugas tanpa mengetahui kondisi dan kendala siswa tersebut.

Menurut seorang guru di MI & MTs Unwanul Khairiyyah Depok, ibu Muniroh mengungkapkan hambatan yang ia temui adalah masih terdapat ketidak siapan para guru dalam mengoprasikan media pembelajaran seperti komputer laptop. Termasuk dirinya yang belum begitu menguasai perangkat laptop miliknya. Namun ia menuturkan bahwa hal ini menjadi hikmah bagi dirinya dan guru-guru serta para murid, karena mau tidak mau harus menguasai teknologi dan menjadi tahu bagaimana cara mengoprasikannya. Tetapi baginya PJJ ini juga merugikan karena kasian bagi siswa yang tidak bisa tatap muka, tidak bisa ketemu langsung dengan gurunya, secara optimal menerima materi ataupun pembelajaran dimasa ini, sedangkan jika hanya melalui daring materi yang harus diberikan terbatas karen ketidak cukupan ruang dalam memberikan materi.

Sedangkan kendala yang ia temui pada siswa yang diajarnya bahwa masih terdapat orang tua yang harus berbagi telepon genggam untuk Pembelajaran Jarak Jauh ini karena hanya tersedia satu telpon genggam sedangkan anaknya ada yang 2 bahkan 3 dan semuanya melakukan PJJ. Ia pun mengungkapkan adapula orang tua yang harus bekerja dan tidak bisa mendampingi anaknya dalam melakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh ini, sehingga meminta keringanan untuk mengumpulkan tugas pada malam hari selepas orang tuanya pulang bekerja. Sebagai seoarang guru, empati Bu Muniroh terhadap keadaan ini pun tertuju, ia tidak ingin membebani dan menyulitkan murid-muridnya, beliau memeberikan keringanan kepada siswanya untuk mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan dapat melalui foto jika tidak bisa dalam bentuk video dan dapat dikupulkan pada malam hari.

Banyaknya kendala dan hambatan yang terjadi ini membuktikan  bahwa pembelajaran jarak jauh masih belum terlihat efektif dan masih minimnya persiapan dan kesiapan dari pihak-pihak yang terlibat. Terlebih karena kondisi geografis di Indonesia yang menyebabkan masih banyak terjadi ketimpangan teknologi. sehingga masih banyak pengajar yang belum menguasai media pembelajaran dan masih banyak pula pelajar yang belum bisa menikmati fasilitas internet dengan baik dan mudah. PJJ ini memberikan hikmah pada seluruh lapisan masyarakat untuk dapat mempelajari teknologi lebih bijak lagi dan khusunya untuk pemerintah terkait agar lebih memperhatikan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakatnya  supaya dapat merasakan pemerataan infrastruktur yang dapat dinikmati oleh anak-anak yang jauh dari perkotaan.

Hambatan atau kesulitan yang ditemui dalam Pembelajaran Jarak Jauh ini bukan lagi berkutik pada Kuota Internet dan perangkat pendukung nya, tetapi ada sisi psikologis yang harus menjadi perhatian penting. Semoga pandemi covid-19 segera berlalu dan kondisi dapat berangsur normal sehingga semua sektor dapat berkegiatan secara langsung sebagaimana dulu sebelum terjadi pandemi covid-19 terjadi.

Salam,

Anggi Melyani

Firamia Kusuma

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun