Mohon tunggu...
Angel Graceline
Angel Graceline Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang pelajar dengan minat tulisnya.

Pelajar SMA Kelas XII Jurusan IPS Sekolah Dian Harapan, Lippo Cikarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Kesultanan Tidore, Sang Penguasa Kepulauan Rempah-rempah

8 September 2019   17:01 Diperbarui: 8 September 2019   17:42 2511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: @halifurudesign via Instagram 

KESULTANAN TIDORE - Kesultanan yang berjaya pada abad ke-16 sampai abad ke-18 ini mengantongi masa keemasannya di bawah pemeritahan Sultan Nuku (1738-1805). Lahir dengan nama Muhammad Amiruddin, ia merupakan putra dari Sultan Jamaluddin (1757-1779) yang memerintah Kerajaan Tidore sebelumnya.  Ia merupakan sultan ke-30 Kesultanan Tidore yang dinobatkan pada 13 April 1779 dengan gelar Sri Paduka Maha Tuan Sultan Syaedul Jehad Amiruddin Syaifuddin Syah Muhammad El Mabus Kaicil Paparangan Jou Barakati.

Dengan sikap anti-imperalisnya, ia berjuang selama 25 tahun untuk mempertahankan tanah airnya dari tangan kolonialisme. Dengan jasanya, pengaruh budaya Portugis dan Belanda (VOC) lebih berpusat diluar Kesultanan Ternate dan Tidore, seperti di Maluku Selatan yang menjadi pusat penyebaran agama Katolik dan Protestan, sedangkan agama Islam lebih berkembang di wilayah Kesultanan ini.

Sultan yang telah mengantarkan Kesultanan Tidore mencapai masa kejayaannya ini wafat pada 14 November 1805. Hingga saat ini, makam dari Sultan Nuku sendiri masih terawat dan sudah mengalami pemugaran. Walaupun begitu, bentuk dan bahan batu nisan pemakaman Sultan Nuku masih asli. Kini lokasi makam tersebut termasuk di wilayah Soa Sio. Soa Sio di masa lalu adalah sebuah kawasan Keraton Sultan Tidore, dan masa sekarang adalah ibukota Tidore Kepulauan. Sebuah tempat yang sangat strategis dan bermakna dari kedua masa.

Makam Sultan Nuku pun ternyata tidak sendiri karena ada beberapa makam Sultan lainnya yang turut dimakamkan di sana. Pada awalnya, memang hanya terdapat makam saja. Namun saat pemugaran, juga ditambahkan bangunan pelindung (lengkap dengan tembok, atap dan pagar keliling), sehingga makam Sultan Nuku dan makam lainnya tidak terkena hujan maupun sinar matahari yang berpotensi merusak Cagar Budaya itu sendiri.

Sumber: simas.kemenag.co.id
Sumber: simas.kemenag.co.id

Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama adalah Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada akhir abad ke-14, agama Islam dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.  Setelah itu, Kerajaan Tidore resmi berdiri menjadi sebuah kesultanan. Kesultanan yang berpusat di Tidore, Maluku Utara ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.  Kesultanan Tidore juga membangun serta mempimpin persekutuan Uli Siwa, yang terdiri dari Makyan, Jailolo atau Halmahera, Pulau Raja Ampat, Kai, dan Papua.

Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore menerima Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal.Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 karena protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kesultanan paling merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap wilayahnya dan tetap menjadi daerah merdeka hingga akhir abad ke-18.

Sumber: https://situsbudaya.id/kesultanan-tidore-maluku-utara/
Sumber: https://situsbudaya.id/kesultanan-tidore-maluku-utara/

Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.

Meskipun pada akhirnya Kesultanan Ternate dan Tidore bersatu demi meraih kemerdekaan mereka dari bangsa asing, kedua kesultanan tersebut sempat berpisah dan bersaing dalam bidang perdagangan, sehingga memunculkan dua persekutuan dagang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun