Mohon tunggu...
ANGELA PUTRI PRASTIKA
ANGELA PUTRI PRASTIKA Mohon Tunggu... Lainnya - hello

Jadilah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gizi pada Pekerja Wanita

16 Maret 2021   17:28 Diperbarui: 16 Maret 2021   17:45 879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Nama  : Angela Putri Prastika

NIM    : 1810912120017

Hal utama yang harus dimiliki  setiap tenaga kerja untuk menghasilkan produk adalah produktivitas kerja. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seperti status gizi. Status gizi menggambarkan suatu kondisi tubuh yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan gizi dengan asupan zat gizi yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat di dalam tubuh. 

Wanita sebagai salah satu pelaksana kerja yang keterlibatannya dalam sektor industri di Indonesia semakin besar dengan ditunjukkan melalui jumlah pekerja wanita yang setiap tahunnya semakin meningkat. Jumlah pekerja wanita di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Pada tahun 2007 mencapai 2,12 juta orang (35,37%) (Khasanah, 2018).

Gizi kerja merupakan zat yang dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan pekerjaannya agar tingkat kesehatan dan produktivitas kerjanya tercapai setinggi-tingginya. Bekerja keras tanpa diimbangi dengan makanan yang bergizi yang dimakan setiap hari maka dalam waktu dekat akan menderita kekurangan tenaga, lemas dan tidak bergairah dalam melakukan pekerjaannya, sehingga tidak dapat diharapkan adanya produktivitas yang dikehendaki (Utami SR, 2012). Gizi kerja merupakan salah satu syarat mencapai derajat kesehatan yang optimal, khususnya bagi masyarakat pekerja (Wirapuspita, 2017)

Masalah terkait dengan gizi pada pekerja wanita adalah anemia gizi. Kekurangan zat besi (Fe) atau sering disebut anemia gizi besi (ABG). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyakatakan bahwa sekitar 50% dari 25 juta pekerja wanita di Indonesia menderita anemia gizi besi. Anemia gizi besi ini mengakibatkan kadar hemoglobin (Hb) para pekerja perempuan di bawah nilai rerata nasional. Dampak anemia gizi yaitu dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas. Pengaruh buruk anemia gizi besi lainnya adalah menurunnya produktivitas pekerja wanita.

Sesuai dengan peranannya, wanita selain sebagai pekerja juga sebagai istri dan ibu rumah tangga. Pekerja wanita dengan peran ganda, memerlukan energi yang lebih besar apabila dibandingkan dengan pekerja wanita dalam peran kodratinya saja. 

Permasalahan kesehatan kerja pekerja wanita semakin kompleks, dikarenakan adanya tuntutan pencapaian target produksi di beberapa perusahaan yang beroperasi selama 24 jam, sehingga mengharuskan pekerja wanita dengan status menikah turut andil dalam pelaksanaan shift kerja. Wanita juga memiliki kecenderungan mudah mengalami kelelahan dan perubahan mood, yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola makan sehari-harinya, sehingga dapat berpengaruh pada status gizi pekerja wanita (Trisnawati, 2012).

Keadaan tertentu yang dapat mendorong terjadinya gizi kurang pada tenaga kerja di Indonesia diantaranya adalah jam kerja yang panjang. Jam kerja yang dapat menyerap seluruh cadangan energi dalam tubuh. Lokasi pabrik yang jauh juga mengharuskan pekerja yang seringkali melewatkan makan pagi. Adanya pengawasan kerja yang sangat ketat, tidak memungkinkan bagi pekerja untuk berhenti sejenak untuk sarapan, sementara saat di perusahaan waktu istirahat yang disediakan sangat terbatas (Siwi, 2019).

Maka dari itu dapat disimpulkan jika gizi pada pekerja wanita disebabkan peran ganda yang mereka miliki dan jam kerja yang panjang sehingga dapat menimbulkan kelelahan yang berdampak pada penurunan produktifitas, oleh karena itu status gizi terutama bagi pekerja wanita harus sangat diperhatikan. Untuk pekerja yang memiliki status anemia, agar lebih memperhatikan pola konsumsi terutama untuk makanan sumber Fe untuk meningkatkan kadar Hb darah. 

Untuk menunjang produktivitas, pihak perusahaan juga diharapkan agar memberikan perhatian yang lebih kepada pekerja dengan memberikan edukasi kepada pekerja sebagai pengingat untuk tetap mengkonsumsi makanan yang seimbang sehingga kebutuhan energi untuk pekerja dapat terpenuhi dengan baik dan tercipta produktivitas yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun