Mohon tunggu...
Angela Gita Devina Fascinosa
Angela Gita Devina Fascinosa Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Hii! Hobiku dengerin lagu.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Menangani Krisis Mental di Era Digital

26 Agustus 2025   20:14 Diperbarui: 26 Agustus 2025   20:14 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PERAN TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DALAM MENANGANI KRISIS KESEHATAN MENTAL DI ERA DIGITAL

ANGELA GITA DEVINA FASCINOSA/191251011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Di tengah penetrasi teknologi digital yang semakin merata, kesehatan mental masyarakat menghadapi tantangan baru yang kompleks. Media sosial, ponsel, serta platform digital menjadi sebuah pisau bermata dua yang dimana di satu sisi membuka akses yang luas terhadap informasi dan komunikasi. Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul fenomena baru berupa meningkatnya kasus stres, depresi, dan kecemasan yang dipicu oleh pola hidup digital. Krisis kesehatan mental ini bukan hanya isu individu, melainkan tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, peran Tenaga Kesehatan Masyarakat menjadi sangat penting untuk menjembatani kesadaran, pencegahan, dan penanganan masalah kesehatan mental di tengah derasnya arus digitalisasi.

Pertama, Tenaga Kesehatan Masyarakat berfungsi sebagai penyampai informasi dan edukator publik. Informasi yang akurat dan mudah dimengerti sangat dibutuhkan untuk melawan stigma terhadap masalah kesehatan mental. Media massa berperan penting dalam meningkatkan kesadaran dan mendorong pencarian bantuan professional. Tenaga Kesehatan Masyarakat dapat memanfaatkan platform digital, seperti media sosial, blog, atau webinar yang bertujuan untuk menyebarkan konten edukatif dan mengurangi stereotip negatif terhadap gangguan mental.

Kedua, Tenaga Kesehatan Masyarakat dapat memfasilitasi akses ke layanan kesehatan mental berbasis digital. Digital mental health kini berkembang pesat, dengan pendekatan seperti aplikasi konseling, realitas virtual, hingga intervensi berbasis AI. Tenaga Kesehatan Masyarakat perlu memahami dan merekomendasikan platform-platform yang kredibel kepada masyarakat, serta membantu menyaring aplikasi yang terpercaya untuk intervensi dini, terutama di daerah terpencil atau sulit dijangkau.

Ketiga, Tenaga Kesehatan Masyarakat mendukung upaya pencegahan berbasis digital dan komunitas. Studi menunjukkan bahwa akses ke dukungan online menjadi salah satu strategi utama dalam menanggulangi efek negatif media sosial, seperti perasaan kesepian atau paparan berita negatif. Dengan membentuk program berbasis komunitas, seperti grup pendukung online atau pelatihan pengendalian diri digital, Tenaga Kesehatan Masyarakat dapat membangun ketahanan mental di masyarakat.

Keempat, peran advokasi kebijakan dan regulasi berkaitan dengan digital mental health tak kalah penting. Tenaga Kesehatan Masyarakat dan organisasi kesehatan masyarakat harus berkolaborasi dengan pemangku kebijakan agar regulasi yang melindungi pengguna platform digital segera diterapkan. Hal ini mencakup aspek privasi data, penyebaran informasi yang etis, serta pengawasan konten yang dapat memicu gangguan psikologis.

Kelima, adopsi teknologi digital dapat meningkatkan efektivitas kerja tenaga kesehatan secara keseluruhan. WHO menemukan bahwa penggunaan teknologi digital oleh tenaga kesehatan meningkatkan akurasi, efisiensi, produktivitas, dan akses terhadap data real time. Dalam pengelolaan kasus kesehatan mental, Tenaga Kesehatan Masyarakat dapat memanfaatkan sistem informasi kesehatan elektronik (e-health) untuk memantau perkembangan kasus, melakukan tindak lanjut, dan mempercepat rujukan ke fasilitas yang tepat.

Terakhir, peran komunitas sebagai pendamping digital harus lebih ditegaskan. Termasuk melatih relawan atau kader kesehatan masyarakat agar mampu menjadi peer-supporters di ranah digital dengan memantau tanda-tanda stres di komunitas, mengajak saudara atau tetangga berdiskusi, hingga mendorong akses ke layanan profesional bila diperlukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun