Saat ini, ditengah perkembangan jurnalisme multimedia, muncul beberapa media yang memiliki konten berita dengan memanfaatkan situs daring, dalam hal ini munculnya media sebagai news aggregator.
Secara definisi, news aggregator sendiri memiliki arti sebagai pengumpul beberapa konten dari situs - situs yang menyediakan teknologi web series, sehingga pengguna dapat mudah mengurangi waktu dan upaya dalam mengakses beragam website.
Fungsi dari news aggregator menekankan kepada peran masyarakat supaya lebih mudah dan cepat untuk mencari sebuah data berupa berita atau informasi dengan adanya teknologi, data mining, dan machine learning.
News aggregator memiliki konsep yang terbagi dalam 2 fase web yaitu fase web 2.0 dan fase web 3.0. Penjelasan tentang konsep akan dimulai dengan fase web 2.0.
Fase web 2.0 merupakan teknologi sindikasi yang menjadi faktor penting untuk menerapkan konsep aggregator yaitu really simple syndication (RSS).
RSS dapat menyebarkan konten di website yang mampu memberikan sumber informasi pada situs lain. Cara kerja RSS ini sangat sederhana karena hampir semua website menyediakan file XML yang sudah mengikuti standar RSS.
Berikut ilustrasi skema pengambilan informasi menggunakan RSS:
Pada fase ini digunakan era semantic web, sehingga komputer dapat melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi isi pesan web dengan agen.
Konsep pada fase 3.0 memanfaatkan format XML, RDF, dan JSON untuk mengekspresikan segala informasi tentang sumber. Fase web 3.0 ini lebih variatif apabila dibandingkan dengan fase web 2.0 karena dapat terhubung dengan penyedia data seperti DBPedia, VIAF, dan GeoNames (Saputra, 2016).
News aggregator sangat membantu untuk menyederhanakan dalam pencarian berita dan informasi. Pembaca dapat dengan mudah menikmati berita serta informasi yang diminati karena sudah memberikan notifikasi pada telepon genggam (smartphone) masing-masing, serta pengguna dapat memanfaatkan keberadaan news aggregator dengan menggunakan internet dalam smartphone dapat mengakses banyak informasi dengan sangat mudah (Lesmana, 2016).