Cuhaya (47) adalah salah satu warga yang tinggal kawasan padat penduduk di kawasan sekitar Cideng, Jakarta Barat. Pada kesehariannya Cuhaya berprofesi sebagai petugas kebersihan di sebuah sekolah swasta.
Menariknya Cuhaya memiliki tambahan penghasilan dari berjualan air, karena  Cuhaya tergolong cukup beruntung memiliki pompa air dengan kapasitas cukup lumayan, sehingga dapat mengakses sumber air yang tidak dapat dijangkau oleh mayoritas masyarakat di kawasan itu.Â
Pelanggan air Cuhaya adalah para tetangganya serta penjual eceran air yang banyak beraksi dengan menggunakan gerobak serta jeriken.
"Yah, namanya juga pada butuh, pasti pada mau beli juga kalo air bersih. Mau gimana lagi, emangnya warga mau minum air got." Ujar Cuhaya ketika ditanya mengenai usaha sampingannya itu.Â
Cuhaya memang tidak mau memberitahukan pendapatan bersih dari usaha sampingannya itu, "Wah rahasia dapur perusahaan, yang penting dapur ngebul sama anak bisa sekolah." Jawab Cuhaya ketika disinggung soal pendapatan jualan air.
Jakarta adalah kota metropolitan, kota paling modern di Indonesia sekaligus memangku status penting sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia, namun ironisnya adalah kota ini sedang diintai oleh masalah krisis air bersih.Â
Dan ancaman krisis ini terjadi memang disebabkan oleh banyak faktor mulai dari kualitas lingkungan di Jakarta sampai dengan perilaku masyarakatnya.
Bambang Brodjonegoro selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada Januari 2019 mengungkapkan bahwa permukaan tanah Jakarta turun sekitar 7,5 cm per tahun, bahkan ada wilayah yang turun mencapai 18 cm.Â
Lalu dapat dilihat langsung pemandangan sampah serta limbah yang menggenangi sungai atau saluran air perkotaan  menyebabkan tersumbatnya gorong-gorong serta selokan dan juga mengotori lingkungan, akhirnya mencemari air di Jakarta.
Mungkin sampai dengan saat ini air bersih dan layak digunakan masih bisa diperoleh, terutama untuk golongan masyarakat menengah ke atas. Dengan modal pompa air, maka kebutuhan air masih dapat dipenuhi.Â