Mohon tunggu...
Andry Harmony
Andry Harmony Mohon Tunggu... -

Seorang yang mencoba bermusik dan menggali kedalaman dari suatu dasar pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia, Bangsa yang (Tidak) Gagal

23 Agustus 2012   17:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:24 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak , dalam artian hampir. Mengapa demikian ? Karena bangsa kita ini sudah tidak punya kebanggaan atau pun dibuat tidak memiliki kebanggaan atas INDONESIA dengan huruf besar yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan Indonesia.  Kita hanya bangga atas pola konsumtif dan kemewahan semu yang ditunjukkan oleh segelintir orang. Cuma urusan telepon dan percakapan yang tidak terlalu perlu dipakai hp seharga beras 5 kuintal (cukup utk 4 tahun).

Seharusnya bangsa kita bangga terhadap keberagaman budaya yang bisa menyedot uang dari luar negri tanpa merusak alam seperti pertambangan dan perusakan hutan. Bayangkan 1 pulau Bali dapat mendulang devisa 16 000 Milyar. Jika dikaji lagi masih berapa ribu pulau yg kita punya tanpa digarap ? Satu propinsi buatlah konsentrasi 1 pulau/daerah yang jadi andalan, mungkin tidak 16 T tapi jika 1 Trilyun bukankah itu sesuatu yang besar. Tanpa bermaksud memprovokasi, lihatlah iklan Malaysia yang menggunakan seluruh asset yg ada utk iklan pariwisatanya, yang  jika saya lihat hanya sepersekian dari apa yg Indonesia punya, hutan rimba, ikan paus, tari2 daerah sampai jajanan pasar. Indonesia terlalu kaya sehingga tidak punya fokus.

Ketika ada sekelompok orang yang sukses maka berbondong-bondonglah orang yang merasa memiliki untuk ikut campur dan merasa paling berhak atas kesuksesan tersebut dan mulailah politik yang bermain seperti yang jelas-jelas terjadi dalam cabang andalan Bulutangkis sehingga pada akhirnya nafsu berkuasa dan uanglah yang menjadi tujuan.

Indonesia karena terus menerus terpuruk dalam berbagai bidang perlu sesuatu atau seseorang dengan nilai-nilai positif yang dapat dibanggakan. Mungkin terlalu jauh jika kita minta pemimpin yang memberi contoh, setidaknya kita sebagai pemimpin dalam kelompok/keluarga dapat memulai dengan berteriak apa yang kita banggakan. Bahkan meskipun kalah dalam perang Vietnam, Amerika selalu membuat film yang heroik tentang perang itu, sehingga yang kita tahu hanya Rambo. Pada saat kita berhenti berteriak maka keberadaan kita tidaklah diketahui lagi karena tertutupi oleh teriakan orang lain. Mungkin dengan memulai dengan berpikir apa yang bisa kita buat agar menjadi kebanggaan di luar konsumsi ponsel canggih terbesar di dunia yang hanya dipakai untuk chating.

Catatan kecil untuk hari kemerdekaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun