Mohon tunggu...
Didik Hendrix
Didik Hendrix Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Cucu jauh Jimmi Hendrix yang peduli rakyat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ahok Marah, Banjir yang Takut

14 Desember 2017   11:06 Diperbarui: 14 Desember 2017   11:10 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Takhayal, kami yang DULU mengelus dada melihat mereka yang menelan uang kami, tertawa dan bangga akhirnya ada orang yang cukup hebat mampu meluruskan mereka.

Pemimpin kami menggetarkan kami dengan jujurnya ia membuka tabir ''Dana siluman'' selama ini. Yang bagi kami cukup bila ditumpuk tumpuk bisa untuk digunakan tangga tapak ke Puncak Gunung Semeru. DUIT SEMUA ITU!
Sederhana ia tuliskan kalimat penyemangat.

timeline-20171214-055741-5a31f89416835f1d510dc6a4.jpg
timeline-20171214-055741-5a31f89416835f1d510dc6a4.jpg
Selama masa kepemimpinanya, kemacetan tak sesemrawut dulu. Ibarat kata, saya beli motor mantap 150cc tapi tenaga nya hanya seperti dokar (dulu). Saya dengar tingkat kemacetan menurun mulai dari 20km/jam menjadi 40km/jam. Saya yakin, tak perlu lagi kami bangun sebelum subuh untuk menarik gas kami menuju tempat mengais rupiah.

Kami juga bahagia, dengan hati nurani dan kemanusiaanya. Tak ingin melihat rakyatnya bobrok dengan 'wisata lendir' dan 'goyang kasur' , serta rakyatna yang hidup di bibir air mengalir, ia tak tinggal diam. Sangat hebat bagi kami, dengan niatnya mendirikan rumah susun berkualitas apartemen untuk mereka yang direlokasikan.

Alhasil, kampung melayu yang 'masih' cinta dengan banjir , tak perlu berhari-hari untuk meredakan kerinduanya, cukup beberapa menit saja.

Yah tapi begitulah.

Setiap orang punya masanya sendiri-sendiri

Semakin tinggi pohon menjulang, semakin kuat petir menyambarnya

Namanya juga orang baik. Namanya juga orang lurus.

Jujur saja,

Sebulan sepekan ini, kami warga Jakarta kembali jatuh cinta dengan banjir kembali. Bahkan romansa itu jauh lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun