Lyre emas dari Ur bukan sekadar sebuah benda arkeologis yang dipajang di museum. Ia adalah simbol keagungan budaya Sumeria, bukti keterampilan kerajinan tangan kuno, sekaligus salah satu alat musik dawai tertua yang pernah ditemukan di dunia.
Penemuan ini membuka jendela ke masa lalu, memperlihatkan bagaimana musik, seni, dan spiritualitas berpadu erat dalam kehidupan masyarakat Mesopotamia lebih dari 4.500 tahun yang lalu.
Bagi bangsa Sumeria, musik bukan hanya hiburan. Ia hadir dalam ritual keagamaan, penguburan, perayaan, hingga komunikasi dengan dunia ilahi. Melalui lyre emas ini, kita dapat merasakan denyut kehidupan sebuah peradaban yang menjadi salah satu fondasi awal budaya manusia.
Asal Usul dan Penemuan Lyre Emas dari Ur
Lyre emas ditemukan pada tahun 1929 oleh Sir Leonard Woolley, seorang arkeolog Inggris yang memimpin penggalian besar di Royal Cemetery of Ur di Irak selatan. Lokasi ini merupakan salah satu situs pemakaman kerajaan paling terkenal dari peradaban Sumeria.
Instrumen tersebut ditemukan di sebuah area yang dikenal sebagai “Great Death Pit”, bersama puluhan jasad manusia yang diduga merupakan pelayan, penjaga, dan musisi yang dikorbankan untuk menemani penguasa ke alam baka. Salah satu jasad perempuan ditemukan dalam posisi memegang instrumen, seolah masih memainkan senarnya.
Temuan ini memberi bukti kuat bahwa musik memainkan peran penting dalam ritual pemakaman dan kehidupan spiritual masyarakat Sumeria. Bagi mereka, musik diyakini mampu mengantar jiwa ke dunia lain, menghadirkan harmoni kosmik, dan memperkuat hubungan antara manusia dengan dewa.
Desain dan Material: Keindahan yang Sarat Makna
Keindahan lyre emas dari Ur tidak hanya terletak pada usianya yang kuno, tetapi juga pada detail desain yang penuh makna simbolis.
* Kepala banteng berlapis emas menjadi bagian paling ikonik. Banteng dalam budaya Sumeria melambangkan kekuatan, kesuburan, sekaligus perlindungan ilahi. Kepala banteng ini diyakini berhubungan dengan dewa matahari, Shamash.
* Janggut biru dari lapis lazuli, batu semi mulia yang diimpor dari Afghanistan, menegaskan adanya jaringan perdagangan internasional pada masa itu.
* Inlay dari kerang dan bitumen menghiasi permukaan instrumen, menciptakan perpaduan warna kontras yang menawan sekaligus memperkuat strukturnya.