Di tengah hamparan pegunungan hijau di Gunung Puntang, Cimaung, Bandung, terdapat sebuah situs bersejarah yang menjadi bukti kecanggihan teknologi pada masa kolonial Belanda. Stasiun Radio Malabar, yang dibangun antara tahun 1916 hingga 1923, merupakan salah satu proyek komunikasi paling ambisius pada masanya.Â
Dirancang oleh insinyur elektro Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot, stasiun ini memungkinkan komunikasi nirkabel antara Nusantara dan Belanda dengan jarak lebih dari 12.000 kilometer. Pencapaian ini menjadikan Stasiun Radio Malabar sebagai salah satu pusat komunikasi paling maju di dunia kala itu.
Selain perannya sebagai hub komunikasi, stasiun ini juga memiliki nilai strategis dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi, militer, dan politik. Proyek ini menunjukkan bagaimana teknologi dapat menghubungkan dunia secara lebih efektif, bahkan dalam kondisi geografis yang menantang.Â
Namun, seiring berjalannya waktu dan pergolakan sejarah, kejayaan Stasiun Radio Malabar mulai meredup. Kini, yang tersisa hanyalah reruntuhan yang menjadi saksi bisu atas kejayaan teknologi kolonial yang pernah ada di Indonesia, tetapi tetap menyimpan kisah menarik yang layak untuk diungkap lebih lanjut.
Sejarah Pembangunan
Awal Pembangunan
Pembangunan Stasiun Radio Malabar dimulai pada tahun 1916 sebagai respons terhadap keterbatasan komunikasi antara Hindia Belanda dan negara induknya selama Perang Dunia I. Pada masa itu, kabel telegraf bawah laut sering kali mengalami gangguan atau terputus akibat konflik global yang sedang berlangsung.Â
Belanda pun mencari solusi alternatif, yaitu komunikasi nirkabel berbasis radio, yang pada saat itu masih dalam tahap pengembangan tetapi menjanjikan potensi besar. Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot, seorang insinyur elektro lulusan Jerman, dipercaya untuk merancang dan membangun stasiun ini.Â
Bersama timnya, termasuk Willem Vogt dan Klass Dijkstra, Dr. Ir. Cornelis Johannes de Groot berhasil menciptakan stasiun radio dengan skala yang belum pernah ada sebelumnya.Â
Proyek ini memakan waktu sekitar tujuh tahun hingga akhirnya selesai dan mulai beroperasi pada tahun 1923. Keberhasilan ini tidak hanya berdampak pada komunikasi antara Nusantara dan Belanda, tetapi juga menginspirasi perkembangan teknologi radio di berbagai belahan dunia.
Teknologi Canggih