Sampai di tingkat panasbung (pasukan nasi bungkus) yang siap mengepruk siapa saja. Tak perduli walau mesti gomong ngawur di depan kamera televisi yang ditonton jutaan pemirsa. Urat malu putus sudah.
Logika dibengkokan kesana-kemari, kalau perlu ayat dan mayat pun masuk dalam narasi yang penuh ancaman dunia-akhirat. Pameran kedunguan par excellence.
Para mafia migas ini sudah dan sedang (atau selalu) rakus menyabot apa yang disebut, "...sebesar-besarnya demi kepentingan rakyat banyak."
Saat ini kita juga tahu, operasi gelap para mafia migas ini sedang diupayakan untuk didisrupsi, bahkan didestruksi. Dan mereka marah besar.
Akibatnya, orang yang sedang mendisrupsi bahkan mau mendestruksi operasi gelap ini akan dibunuh. Dibunuh karakternya dengan berbagai jalinan skenario kecil yang dirangkum suatu skenario besar.
Skenario besar untuk menjatuhkan orang besar di republik.
Semuanya demi melanggengkan operasi gelap para mafia. Dan konspirasi jahat pun bergulir. Para kaki tangan tadi digerakkan. Seperti boneka stromboli, yang pandai menyanyi,
Bikin kacau republik! Pertama-tama, bikin bingung publik. Kacaukan logika, tenggelamkan nalar publik dengan kegaduhan yang non-esensial.
Konspirasi ini menggandeng berbagai kepentingan. Kelompok kepentingan yang bisa diajak kongkalikong dan akhirnya berkelindan dalam jaringan tentakel mereka.
Ambisi kekuasaan para politisi dipasok dengan bahan bakar fulus. Media massa dikooptasi masuk dalam jaringan propaganda mereka. Disadari maupun tanpa disadari bahkan oleh mereka yang telah terkooptasi.
Sampai kapan? Sampai sang orang besar yang sedang mendisrupsi dan mendestruktsi operasi gelap para mafia migas ini terbunuh karakternya. Lalu? Lalu mereka bisa taruh bonekanya di tampuk kekuasaan politik.