Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Money

Memahami Struktur Utang Fantastis BUMN

25 Februari 2020   14:37 Diperbarui: 25 Februari 2020   18:47 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana memahami soal penumpukan utang ini?

Ini contoh kasus. Baru-baru ini PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) menuntaskan program restrukturisasi utang-utang dengan nilai fantastis mencapai US$2,2 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.

Upaya restrukturisasi ini telah dilakukan sejak akhir 2018 dan akhirnya tuntas di awal 2020 ini. Dengan restrukturisasi utang ini, ada skema keringanan tenor pinjaman hingga bunga kredit sehingga beban KRAS makin ringan. Harapannya dalam jangka panjang bisa melunasi kewajiban-kewajibannya.

Pertanyaannya, bagaimana kalau perhitungan di atas kertas ini meleset? Harus pula diantisipasi, apa yang mesti disiapkan dalam tindakan-tindakan korporasi (corporate actions) selanjutnya?

Ditengarai melalui proses restrukturisasi hutang ini KRAS bakal mampu berhemat US$685 juta atau Rp 9,3 triliun. (Sumber: CNBCIndoneisa)

Pertanyaannya bagaimana sebuah perusahaan, termasuk BUMN produsen baja ini bisa punya utang dengan nilai yang begitu fantastis?

Dari penjelasan yang diberikan Direktur Utama KRAS Silmy Karim ada beberapa indikasi yang bisa dibaca. Ia mengatakan utang ini sebagian besar berasal dari kebutuhan dana untuk menutupi investasi perusahaan di masa lampau.

Namun, terjadi mismatch antara investasi dan realisasi business plan-nya. Meski investasi besar tapi sayang tidak menghasilkan keuntungan seperti diharapkan.

Kata Dirut Silmy, "Jadi, kalau ditanya utang buat apa, ya satu buat investasi, tetapi investasi tersebut tidak menghasilkan tambahan penjualan dan juga keuntungan. Kemudian ada pembayaran utang menggunakan utang. Mismatch lah."

Posisi utang yang menumpuk tentu saja makin membebani neraca keuangan perusahaan. Pada KRAS terjadi sejak 10 tahun terakhir.

Dirut Silmy bilang, kebutuhan investasi perusahaan yang ia maksud porsi terbesarnya berasal dari investasi pembangunan pabrik blast furnace. Disinyalir nilainya mencapai Rp 10 triliun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun