Mohon tunggu...
Andre Vincent Wenas
Andre Vincent Wenas Mohon Tunggu... Konsultan - Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pelintas Alam | Kolomnis | Ekonomi | Politik | Filsafat | Kuliner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Banjirnya Tokyo Vs Banjirnya Jakarta

23 Januari 2020   21:46 Diperbarui: 23 Januari 2020   21:45 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Banjirnya Tokyo vs. Banjirnya Jakarta*

Oleh: *Andre Vincent Wenas*

"Meskipun telah menimbulkan pelbagai kesulitan atau bencana bagi ribuan penduduk Perancis, banjir yang terjadi pada Januari 1955 lebih merupakan suatu Perayaan daripada malapetaka." -- Roland Barthes, Membedah Mitos-mitos Budaya Massa, 2007 (Mythologies, 1972).

Di suatu tempat orang bisa merayakan 'bencana' sebagai sesuatu yang 'luar biasa' (di luar kebiasaan). Dimana keteraturan, ketertiban, disiplin, kebersihan adalah sesuatu yang wajar, yang biasa, yang sudah semestinya, tatkala toh mengalami kebanjiran juga itu oleh filsuf Roland Barthes dianggap lebih sebagai sesuatu yang istimewa. Ya lantaran hal itu bukan peristiwa yang dianggap biasa, maka lebih terasa sebagai suatu 'perayaan'.

Di kuartal terakhir tahun lalu saat Tokyo mengalami banjir akibat Topan Hagibis, judul berita yang muncul di media malah berbunyi begini: "Banjir di Jepang Kok Bersih Airnya?" Sampai heboh di sosial media perihal banjir di Jepang akibat dampak Topan Hagibis. Yang bikin netizen salfok (salah fokus) adalah airnya yang bersih.

Bagi masyarakat Jepang, kebersihan adalah kebanggaan dan harga diri mereka. Orang Jepang tak mau dicap sebagai bangsa dan negara yang kotor, apalagi mereka adalah bangsa yang sangat menjaga harga dirinya. Kalau perlu sampai harakiri.

Budaya kebersihan ditanamkan sejak dini. Anak-anak di Jepang diedukasi tentang kebersihan sejak dari di rumah, sekolah hingga lingkungan sekitarnya. Sampah pun dipilah-pilah, bahkan tempat sampah di Jepang saja tersedia sampai 5 jenis. Sampah koran dan majalah bekas saja ada tempat khusus.

Akibat peristiwa banjir di Tokyo, banyak foto beredar yang menggambarkan betapa selokan-selokan di Jepang begitu bening. Tidak ada sampah plastik dan lainnya yang menggenangi selokan-selokan di sana. Bahkan ikan-ikan pun hidup disana.

Kita juga masih ingat khan saat perhelatan Piala Dunia 2018 lalu di Rusia. Aksi bersih-bersih suporter Jepang yang telah mencuri perhatian dunia. Sehabis pertandingan tersebar foto-foto atau video para suporter Jepang yang bersih-bersih sampah di stadion. Bungkus makanan, minuman bahkan puntung rokok dibersihkannya.

Tak sampai disitu, para pemain timnas Jepang juga melakukan hal serupa. Setelah pertandingan melawan Belgia, para pemain Jepang meninggalkan ruang ganti pemain dengan bersih dan mengkilap!

Soal kebersihan di Jepang memang sudah terkenal. Masyarakat Jepang memang dikenal dengan kebersihan yang tak main-main. Bahkan ada bilang bahwa kebersihan adalah agamanya orang Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun