Mohon tunggu...
Andreas Palupessy
Andreas Palupessy Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Peternak Menjerit Harga Jagung Selangit

26 September 2018   18:32 Diperbarui: 26 September 2018   23:55 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mungkin beberapa dari pembaca ada yang pernah mendengar soal "efek kupu--kupu". Yaa efek yang secara teoritis mengajarkan kita untuk tidak menyepelekan hal sekecil apapun dan bahwa dalam semesta ini segala hal saling berkonektivitas antara satu dan lainnya. Efek kupu-kupu mencoba menjelaskan bahwa, satu kepakan sayap kupu-kupu saja boleh jadi salah satu fator pemicu badai di suatu daerah.

Apa yang mau saya ceritakan di sini adalah bagaimana kenaikan harga jagung yang juga punya potensi efek kupu.

Kenaikan harga jagung yang disebabkan tidak memadainya pasokan dalam negeri telah membuat peternak ayam makin terhimpit. Melambungnya harga jagung secara signifikan berpengaruh pada pakan ternak, jagung pada pakan ternak telah menjadi bahan pokok, sebab lebih dari 45% pakan terdiri dari jagung. Jadi jika harga jagung naik maka ongkos peternak akan bertambang. Sebagai efek turunan dari situ, maka kenaikan harga daging dan telur  tidak dapat dihindari (jawapos.com ).

Pemerintah justru mengambil langkah yang mengganjal bagi stabilnya harga jagung tersebut. Fakta bahwa harga jagung naik adalah konsekuensi dari kelangkaan jagung.

Alih-alih mengambil langkah strategis mengenjot produksi atau perbaiki distribusi, pemerintah justru terus menggelorakan bahwa stok jagung cukup bahkan kita bisa ekspor.

Kalo kita mengikuti alur sebagaimana efek kupu-kupu bekerja, ketidaksigapan dalam mengambil keputusan soal harga dan segera menyelesaikan stok jagung di pasar, boleh jadi dapat menyebabkan maraknya kekurangan gizi yang dialami oleh balita, karena mereka kehilangan sumber protein yang dapat terjangkau, terutama daging ayam dan telur.

Atau dapat membuat gairah akademis dikalangan mahasiswa menurun, karena banyak warung kopi yang menyediakan telur ceplok, telur rebus atau mie telur tutup usaha karena sulit mendapatkan pasokan telur ayam. Yaa mungkin terlalu absurd jika sampai konsekuensi itu terjadi.

Tapi yang jelas kenaikan harga jagung secara langsung mengancam keberlangsungan usaha peternakan ayam. Juga memaksa peternak merogoh kocek lebih dalam untuk memberikan asupan pakan bagi ternak-ternaknya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun