Siapa yang makan nangka, siapa yang kena getahnya. Pemeo itu berlaku saat kita melihat kondisi Enggartiasto Lukita saat ini, Kementerian Perdagangan yang dipimpinnya terkena getah akibat kampanye negatif lawan-lawan politik pemerintah. Khususnya dalam urusan impor mengimpor.
Baru-baru ini, ekonom Faisal Basri menuduh Menteri Perdagangan kebablasan mendatangkan barang-barang ke Indonesia, tanpa rekomendasi dari kementerian teknis terkait.
Untung saja tuduhan itu tidak kadung berkembang menjadi isu liar. Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan, Karyanto Suprih buru-buru mengklarifikasi bahwa importasi barang itu bukan maunya Kemendag semata. Tapi berdasarkan keputusan rapat koordinasi di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Anak buah Karyanto menjelaskan, dalam membuat keputusan, Kemendag selalu berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait. Dalam hal kebijakan tidak menyertakan rekomendasi untuk impor barang tertentu, Kemendag sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian dalam hal mekanisme pertimbangan teknis sebelum izin impor diterbitkan.
"Maraknya impor bukan itu satu-satunya (penyebab). Tidak perlu menanggapi pendapat pengamat, silakan saja diteliti apa penyebab utamanya," kata Karyanto seperti dikutip dari Kompas.com hari ini.
Lagipula, bila bicara impor, sebenarnya pemerintah sudah berniat untuk mencegah semakin banyak barang asing masuk ke dalam negeri. Khususnya barang-barang konsumsi.
Sedangkan impor barang modal adalah fenomena yang tidak bisa kita cegah. Alasannya, barang-barang modal itu diperlukan agar industri kita bisa mengolahnya dan membuatnya menjadi produk dengan nilai tambah lebih tinggi.
Oleh karena itu, kalaupun negeri kita ini dibanjiri barang impor, kita harusnya lebih menyalahkan Kementerian Perindustrian karena tidak mampu membina industri dalam negeri agar bisa mencukupi kebutuhan barang-barang konsumsi dalam negeri.
Toh Kementerian Perindustrian sendiri mengakui bahwa mereka mesti terus mengajak industri dalam negeri untuk menggenjot kapasitas produksinya dan hilirisasi.
Seperti disampaikan oleh Sekjen Kemenperin, Haris Munandar hari ini, tujuan pihaknya menggenjot industri agar industri dalam negeri bisa mengisi pasar domestik agar tidak tergerus produk impor. Menurutnya jika aktivitas industri manufaktur berjalan baik, akan membawa efek berantai positif bagi perekonomian. Antara lain naikknya penerimaan devisa dari eskpor sehingga mampu mengurangi defisit neraca perdagangan.