Setiap anak tentu punya harapan untuk bisa menikmati waktu bersama teman-temannya di luar jam sekolah. Tidak jarang, keinginan itu diwujudkan dengan rencana “hangout” atau sekadar jalan-jalan bersama. Namun, suatu ketika rencana tersebut harus dibatalkan karena mereka masih mengenakan atribut sekolah. Keputusan untuk melarang anak-anak keluar dengan atribut sekolah bukanlah bentuk pembatasan semata, melainkan langkah mendidik agar mereka belajar menjaga etika dan citra sekolah di ruang publik. Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud, 2023), seragam dan atribut sekolah adalah identitas yang melekat pada siswa, sehingga perilaku di luar sekolah tetap mencerminkan nama baik lembaga pendidikan.
Rasa kecewa yang muncul di kalangan anak-anak adalah hal yang wajar. Mereka merasa kebersamaan yang diharapkan tidak terwujud. Namun, dari sinilah pembelajaran reflektif bisa lahir. Sebagai solusi, kegiatan sederhana namun bermakna ditawarkan: anak-anak membawa bekal dari rumah untuk makan bersama di sekolah. Pilihan ini bukan hanya sebagai “pengganti hangout”, tetapi juga memiliki nilai edukasi, kesehatan, dan sosial yang tinggi.
Pertama, dari aspek kesehatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI (2024), kebiasaan membawa bekal dari rumah dapat menurunkan risiko konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak hingga 40% dibandingkan jajan sembarangan di luar. Hal ini penting mengingat tren penyakit tidak menular pada remaja, seperti obesitas dan diabetes, mulai meningkat di Indonesia. Dengan membawa bekal, orang tua bisa memastikan gizi seimbang dan kebersihan makanan yang dikonsumsi anak.
Kedua, aspek sosial dan kebersamaan. Riset UNICEF Indonesia (2022) menunjukkan bahwa kegiatan makan bersama berkontribusi pada peningkatan solidaritas dan keterikatan emosional antar anak. Duduk bersama, berbagi makanan, dan bercengkerama menciptakan pengalaman positif yang sama nilainya dengan hangout di luar. Bahkan, kebersamaan di ruang sekolah justru lebih terarah, karena tetap berada dalam pengawasan lingkungan pendidikan.
Ketiga, aspek ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, 2023), pengeluaran rumah tangga untuk makanan siap saji lebih tinggi 20–30% dibandingkan makanan yang disiapkan di rumah. Dengan membawa bekal, anak-anak belajar hemat dan orang tua dapat mengatur keuangan keluarga lebih baik.
Dari pengalaman sederhana ini, anak-anak mendapat pelajaran penting: tidak semua kekecewaan harus berakhir dengan kesedihan. Justru, di balik keterbatasan selalu ada ruang untuk menciptakan alternatif yang lebih bermanfaat. Melalui kebiasaan membawa bekal dan makan bersama, anak-anak tidak hanya belajar menjaga kesehatan dan solidaritas, tetapi juga memahami nilai tanggung jawab, kedisiplinan, serta kemampuan mencari solusi dari setiap masalah.
Dengan demikian, dari sebuah kekecewaan kecil, lahir pendidikan karakter yang lebih besar. Inilah esensi pendidikan: bukan hanya mengajar di kelas, tetapi juga mengajarkan bagaimana mengubah pengalaman sehari-hari menjadi pembelajaran hidup yang berharga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI