Mohon tunggu...
Andre Alvian Syahputra B.B
Andre Alvian Syahputra B.B Mohon Tunggu... Musisi - Mahasiswa

Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam UIN Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengatasi Perekonomian Negara Berkembang di Masa Pandemi COVID-19

10 Agustus 2020   17:49 Diperbarui: 10 Agustus 2020   18:04 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis : Andre Alvian Syahputra Batubara

Mahasiswa Prodi Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi & Bisnis Islam UINSU

Peserta KKN-DR 115 UINSU

Pandemi virus corona atau Covid-19 telah membuat dunia menuju krisis yang signifikan. Penemuan dan pengembangan vaksin butuh waktu. Jadi fokus utama nya sekarang adalah memperkecil jumlah orang yang sakit dan meninggal dunia, paling tidak mengurangi tingkat penularan virus corona. Cara yang digunakan untuk memperkecil jumlah korban Covid-19 adalah dengan menjaga jarak, karantina, menutup usaha yang tidak berkaitan dengan kebutuhan pokok, dan mewajibkan pemakaian masker. Walaupun biaya ekonomi dari langkah-langkah fase pertama ini sangat mengerikan, mereka memilih langkah tersebut daripada membiarkan penyebaran virus corona kian tak terkendali.

Mendeteksi dan menangani kemungkinan potensi ledakan baru wabah tersebut. Tetapi pandemi tidak pernah akan dapat dikontrol selama masih terjadi peningkatan infeksi di bagian dunia lainnya. Karena penularan virus ini bisa diumpamakan bencana kebakaran hebat, dan hanya butuh beberapa pemicu sehingga virus ini mengamuk kembali. Apapun usaha negara kaya agar terhindar dari infeksi baru akan sia-sia sepanjang masih ada negara miskin yang terinfeksi virus corona. Karena itu, untuk memerangi pandemi Covid-19 sebelum ditemukan vaksinnya, virus corona di negara miskin juga harus diberantas.

Permasalahan utamanya, sebagian besar negara miskin kekurangan sumber daya untuk mengatasi virus corona ini. Sebagaimana yang terjadi, kebijakan lockdown di negara miskin kurang efektif karena masalah sanitasi dan toilet bersama di perkotaan, serta keberadaan warga yang hidup dengan upah harian sehingga tetap harus keluar rumah mencari nafkah. Bahkan kalau kebijakan tersebut tetap dipaksakan, merupakan penderitaan bagi sebagian besar penduduk di negara-negara miskin. 

Selain itu, infrastruktur perawatan kesehatan di sebagian besar negara miskin tidak memadai, serta minimnya dana dan keterbatasan kemampuan pekerja kesehatan di sistem kesehatan masyarakat. Mereka juga kekurangan sumber daya domestik untuk pembiayaan program sosial, terbatasnya cadangan devisa untuk kebutuhan impor peralatan, obat-obatan dan perlengkapan kesehatan. Bahkan pemerintahan di negara-negara miskin sudah menghadapi kendala fiskal yang dibutuhkan untuk minimal membantu rakyatnya yang tidak bekerja. Dengan demikian, negara-negara miskin membutuhkan dua hal utama untuk mengatasi perekonomian di masa pandemi ini

Hal yang utama, mereka membutuhkan bantuan tambahan untuk sistem kesehatan, sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan yang memadai bagi penduduknya yang terinfeksi virus corona. Jika tidak, kasus Covid-19, akan semakin meningkat dan tidak terkendali lagi.

 Kedua, mereka membutuhkan bantuan pendanaan untuk menangani bencana ekonomi bagi penduduknya. Hanya sedikit dari mereka yang mempunyai ruang fiskal untuk meningkatkan pengeluaran. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi dari negara-negara kaya untuk membantu permasalahan tersebut. Sejauh ini, terdapat kemajuan yang signifikan terhadap bantuan pendanaan. Tetapi untuk mengatasi krisis kesehatan di negara-negara miskin belum ada kemajuan yang berarti. 

G20 telah menyetujui sebanyak 76 negara berkembang untuk tidak melakukan pembayaran utang bilateral sampai dengan akhir tahun 2020, dan kreditur swasta dianjurkan untuk melakukan langkah yang sama. Pada saat yang sama International Monetary Fund (IMF) telah membatalkan pembayaran selama 6 bulan untuk 25 negara yang utangnya sebenarnya sudah harus dibayar. Selain itu, IMF menyediakan dana tambahan untuk pencairan segera. Sedangkan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Regional telah berkomitmen untuk menambah pendanaan yang siap dipinjamkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun